Amerika Serikat secara resmi mengakui bahwa jumlah pasukannya di Suriah kini lebih dari dua kali lipat dari angka yang sebelumnya dilaporkan.
Pentagon mengonfirmasi jumlah serdadu AS di Suriah saat ini mencapai sekitar 2.000 orang, naik dari angka sebelumnya yang disebut-sebut hanya sekitar 900.
Mayor Jenderal Pat Ryder menyatakan bahwa pasukan tambahan ini sudah berada di Suriah selama setidaknya satu bulan.
Pentagon berulang kali menegaskan bahwa penambahan pasukan ini tidak terkait dengan penggulingan Bashar Assad atau aktivitas ISIS.
Pasukan tambahan tersebut disebutkan sebagai langkah sementara untuk memperkuat operasi AS melawan kelompok ISIS.
Deskripsi “sementara” ini dianggap ambigu karena tentara AS telah keluar-masuk Suriah selama hampir satu dekade.
Sebelumnya, Pentagon secara konsisten menyatakan jumlah pasukan di Suriah tetap berada di angka 900 selama beberapa tahun terakhir.
Ryder menyatakan bahwa dia tidak memiliki informasi mengenai potensi penyesuaian jumlah pasukan AS di masa mendatang.
Presiden terpilih Donald Trump diketahui tidak mendukung peningkatan keterlibatan pasukan AS di Suriah.
Trump sebelumnya berupaya menarik pasukan AS dari Suriah, memicu pengunduran diri Jim Mattis sebagai Menteri Pertahanan.
Keberadaan pasukan AS di Suriah sering dikaitkan dengan perlindungan ladang minyak yang strategis.
Ketika ditanya tentang transparansi data jumlah pasukan, Pentagon menyangkal adanya upaya merahasiakan informasi tersebut.
Ryder menegaskan bahwa Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengetahui jumlah pasukan AS di Suriah dan kawasan lainnya.
Austin belum berbicara dengan Jenderal Erik Kurilla terkait isu peningkatan jumlah pasukan di Suriah.
Pentagon menghadapi tekanan untuk lebih transparan tentang tujuan dan durasi penempatan pasukan di Suriah.
Keberlanjutan misi pasukan AS di Suriah tetap menjadi sorotan dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat.
