Zaid bin Haritsah, yang juga dikenal dengan sebutan Zaid bin Muhammad sebelum peristiwa terkenal, adalah sosok yang sangat istimewa dalam sejarah Islam. Kisah hidupnya penuh dengan nilai-nilai keberanian, kesetiaan, dan keadilan, yang semuanya mencerminkan kepemimpinan dan cinta kasih Nabi Muhammad SAW.
Zaid bin Haritsah lahir sekitar tahun 581 Masehi di Makkah sebelum kenabian Nabi Muhammad SAW dimulai. Ia adalah seorang anak yatim karena perang dan ditemukan oleh Khadijah binti Khuwailid, istri Nabi Muhammad SAW, yang kemudian mengadopsinya sebagai anak angkat. Sejak saat itu, Zaid memasuki keluarga yang sangat dihormati di kalangan Quraisy.
Zaid tumbuh menjadi pemuda yang tampan, cerdas, dan penuh budi pekerti. Nabi Muhammad SAW, yang pada saat itu belum menerima wahyu, telah melihat kepribadian dan karakter Zaid yang luar biasa. Namun, kehidupan Zaid mengalami perubahan drastis ketika suku keluarganya datang mencarinya.
Saat Zaid sudah dewasa, keluarganya datang untuk menjemputnya, menawarkan tebusan kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka membujuk Nabi agar melepaskan Zaid karena statusnya sebagai seorang budak yang telah diadopsi. Namun, Zaid dengan tegas menolak untuk meninggalkan rumah dan keluarga yang telah memperlakukannya sebagai anak sendiri.
Momen ini menjadi pemicu turunnya ayat-ayat Al-Qur’an yang menetapkan hukum adopsi dan memberikan Zaid kebebasan penuh untuk memilih. Allah berfirman dalam surat Al-Ahzab (33:37):
“Dan apabila kamu berkata kepada orang yang telah dianugerahkan nikmat oleh Allah dan juga olehmu, ‘Tahanlah dirimu (istri) dan bertakwalah kepada Allah,’ dan kamu menyembunyikan dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya, dan kamu takut kepada manusia, padahal lebih layak kamu takut kepada Allah. Maka tatkala Zaid telah menyudahi kebutuhannya dari istrinya, Kami nikahkan kamu dengan dia agar tidak ada keberatan bagi orang mukmin untuk menikahi istri anak angkatnya ketika mereka telah menyudahi kebutuhannya dari istri-istrinya. Dan adalah perintah dari Allah yang terlaksana.”
Dengan turunnya ayat ini, Nabi Muhammad SAW menawarkan kebebasan pilihan kepada Zaid, apakah ingin tetap tinggal bersama keluarga angkatnya atau kembali kepada keluarganya yang sebenarnya. Namun, Zaid tetap setia dan memilih untuk tinggal bersama Nabi Muhammad SAW dan keluarganya.
Zaid bin Haritsah kemudian menjadi salah satu sahabat yang paling dekat dengan Nabi Muhammad SAW. Ia ikut serta dalam berbagai pertempuran, termasuk dalam Perang Badar dan Perang Uhud. Keberanian dan keteguhannya di medan perang membuatnya dihormati oleh seluruh kaum Muslim.
Pada tahun 625 M, Zaid bin Haritsah menjadi panglima perang dalam Pertempuran Mu’tah melawan pasukan Romawi. Sayangnya, dalam pertempuran tersebut, Zaid gugur sebagai syahid, menjadi salah satu pahlawan Islam yang diabadikan dalam sejarah.
Kisah Zaid bin Haritsah mencerminkan nilai-nilai keberanian, kesetiaan, dan keadilan. Pengorbanannya sebagai seorang anak angkat memperlihatkan kedalaman hubungan spiritual dan emosional antara Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Zaid bin Haritsah menjadi teladan bagi umat Islam dalam memahami arti keluarga, persaudaraan, dan keberanian dalam menghadapi cobaan kehidupan.