Nikmat yang diberikan oleh Allah Azza Wajalla kepada manusia begitu melimpah ruah sehingga mustahil untuk dihitung. Kita, sebagai hamba-Nya, seharusnya senantiasa bersyukur atas semua berkah tersebut, mulai dari kita masih kecil hingga dewasa. Namun, sungguh disayangkan, masih ada manusia yang ketika diberi nikmat, justru memilih untuk berbuat maksiat. Padahal, syukur seharusnya menjadi motivasi untuk taat pada Allah.
Dalam konteks ini, ulama dan cendekiawan Islam telah memberikan pandangan yang sangat bermakna. Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Katsir, seorang penduduk Hijaz, menyatakan bahwa setiap nikmat yang tidak digunakan untuk mendekatkan diri pada Allah sebenarnya hanyalah sebuah musibah. Pesannya jelas, nikmat yang Allah berikan seharusnya tidak hanya menjadi sarana untuk kenikmatan duniawi semata, tetapi juga sebagai peluang untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Mukhollad bin Al Husain lebih lanjut menekankan bahwa syukur sejati adalah dengan cara meninggalkan perilaku maksiat. Dalam konteks ini, kita harus mengerti bahwa bersyukur bukan hanya sebatas ungkapan lisan atau perasaan positif, tetapi juga berarti menghindari segala bentuk tindakan yang bertentangan dengan ajaran agama dan moralitas. Dengan kata lain, bersyukur adalah dengan hidup sesuai dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh agama.
Lebih jauh lagi, Abu Sulaiman mengajarkan bahwa mengingat nikmat-nikmat Allah akan membawa kita pada rasa cinta dan kecintaan kepada-Nya. Ini adalah konsep yang sangat penting dalam Islam. Ketika kita merenungkan betapa banyak nikmat yang Allah telah berikan, kita akan merasa begitu besar rasa cinta dan kecintaan kepada-Nya. Ini akan mendorong kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah, ketaatan, dan pengabdian.
Sebagai kesimpulan, tidak ada cara lain yang lebih bermakna dan beryukur atas segala nikmat yang Allah berikan selain dengan meningkatkan takwa kita kepada-Nya. Takwa adalah kesadaran kita akan keberadaan Allah, dan hal ini tercermin dalam perilaku kita sehari-hari. Ketika kita hidup dengan takwa, kita akan bersyukur kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Kita akan menjalani hidup dengan penuh rasa cinta dan kecintaan kepada-Nya, dan yang paling penting, kita akan menjadikan setiap nikmat sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Kita, sebagai manusia, perlu selalu mengingat bahwa semua nikmat yang kita nikmati berasal dari Allah. Oleh karena itu, tugas kita adalah menghargai nikmat tersebut dengan cara yang benar, yaitu dengan hidup dalam takwa, menjauhi maksiat, dan merenungkan betapa besar kasih sayang Allah kepada kita. Dengan demikian, kita akan dapat menjalani hidup yang bermakna, penuh syukur, dan mendekatkan diri kepada Sang Pemberi Nikmat, Allah Azza Wajalla.