Pada tahun ke delapan Hijriah, peristiwa besar terjadi dalam sejarah Islam yang dikenal sebagai Fathu Makkah atau Penaklukan Mekah. Peristiwa ini menggambarkan sikap bijaksana dan penuh kasih dari Nabi Muhammad SAW dalam menghadapi kemenangan besar atas kota suci Mekah, yang pada saat itu masih di tangan musuh-musuh Islam.
Sebelum Penaklukan Mekah, Rasulullah SAW berada di Madinah dan mengirim surat kepada beberapa pemimpin di sekitar Mekah, mengajak mereka untuk memeluk Islam. Setelah beberapa perjanjian damai dengan berbagai suku, Nabi mendapatkan kabar tentang pelanggaran yang dilakukan oleh suku Khuza’ah, yang merupakan sekutu umat Islam, oleh suku Quraisy yang merupakan musuh. Ini menyebabkan Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk memasuki Mekah.
Ketika Rasulullah SAW dan pasukannya mendekati Mekah, beliau memberikan aman kepada penduduk kota tersebut. Beliau memasuki Mekah tanpa pertumpahan darah, yang menunjukkan sikap penuh kasih, pengampunan, dan kebijaksanaan. Ini adalah momen penting dalam sejarah Islam yang menegaskan sikap beliau yang sangat mulia.
Setelah memasuki Mekah, Rasulullah SAW menuju ke Ka’bah. Di sana, beliau membersihkan Ka’bah dari berbagai patung dan simbol-simbol musyrik yang ada. Namun, beliau tidak membalas dendam pada siapa pun yang sebelumnya menyakitinya atau memusuhi umat Islam. Rasulullah SAW menunjukkan sikap pemaaf dan memberikan pengampunan kepada banyak orang yang sebelumnya bersikap musuh terhadap beliau.
Salah satu momen yang sangat berkesan dalam Penaklukan Mekah adalah ketika Rasulullah SAW memberikan pengampunan kepada musuh-musuh lama, termasuk para penentang yang begitu keras menghalangi dan menyakiti beliau. Beliau bersabda, “Pergilah, kalian semua adalah bebas. Tidak ada hukuman bagi kalian hari ini. Pergilah, kalian adalah sekelompok orang yang dimaafkan.”
Tindakan pemaafan Rasulullah SAW pada saat itu menunjukkan betapa besar hati dan belas kasih beliau kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang sebelumnya bersikap musuh terhadap Islam. Ini adalah contoh yang luar biasa tentang kebijaksanaan, kemurahan hati, dan sikap mulia yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW pada saat puncak kemenangan.
Penaklukan Mekah bukan hanya tentang kemenangan fisik atau politik, tetapi juga kemenangan moral dan spiritual. Rasulullah SAW menunjukkan kepada dunia bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin tidak hanya terletak pada kekuatan fisik, tetapi juga dalam kebaikan hati, pengampunan, dan kasih sayang.
Dengan mengambil sikap penuh kasih dan pengampunan, Rasulullah SAW mampu merubah banyak hati yang sebelumnya keras terhadap Islam menjadi hati yang lembut dan menerima agama ini dengan damai. Penaklukan Mekah menegaskan bahwa kebaikan hati dan pengampunan adalah kekuatan yang jauh lebih besar daripada kekerasan dan balas dendam.
Kisah Penaklukan Mekah menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam tentang pentingnya sikap penuh kasih, pengampunan, dan kebijaksanaan dalam menghadapi musuh. Rasulullah SAW memperlihatkan kepada kita semua bahwa kekuatan sejati tidak terletak pada kekerasan, tetapi dalam pemaafan dan kasih sayang kepada sesama. Ini adalah ajaran yang sangat berharga yang perlu kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.