Kehadiran Rasulullah SAW menjadi sebuah tonggak penting dalam sejarah umat Islam yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Kepribadian, ajaran, dan perjuangannya membentuk landasan agama Islam yang mengilhami jutaan umat di seluruh dunia. Karena itulah, saat Rasulullah meninggalkan dunia ini, luka yang mendalam terasa bagi kaum Muslimin. Beliau bukan hanya sosok yang mengajarkan agama Islam, tetapi juga seorang ayah yang peduli terhadap anak-anaknya.
Fatimah, salah satu putri Rasulullah, memiliki kedudukan yang istimewa dalam sejarah Islam. Beliau tidak hanya dikenal sebagai anak Rasul yang penuh kasih, tetapi juga memainkan peran penting dalam mengokohkan nilai-nilai Islam. Ketika hari wafat Rasulullah tiba, Fatimah berada di samping Beliau. Rasulullah dengan lembut menyambut putrinya dan berbisik kepadanya. Reaksi Fatimah saat menerima bisikan tersebut menggambarkan perasaan yang mendalam.
Bisikan pertama Rasulullah kepada Fatimah mengenai pertemuan luar biasa dengan Malaikat Jibril. Biasanya, Jibril bertemu Rasulullah sekali dalam setahun untuk membacakan ayat-ayat Alquran. Namun, pada tahun tersebut, Jibril bertemu dua kali, yang menandakan pertanda penting, mungkin tentang dekatnya ajal Rasulullah. Ini membuat Fatimah menangis karena menduga bahwa kepergian Rasulullah sudah semakin dekat.
Bisikan kedua Rasulullah kepada Fatimah menjadi momen yang penuh makna. Beliau bertanya apakah Fatimah bersedia melanjutkan perjuangan Beliau atau menjadi ibu bagi orang-orang yang beriman (ummahatulmukminin). Pertanyaan ini memunculkan gelombang emosi dalam hati Fatimah. Haru, kebanggaan, dan tanggung jawab terbesar tampak dalam tawa haru yang keluar dari bibirnya.
Dialog terakhir ini antara Rasulullah dan Fatimah menjadi momen yang memperlihatkan kedalaman perasaan dan tanggung jawab yang ditawarkan kepada putri tercinta. Rasulullah tidak hanya meninggalkan warisan agama, tetapi juga memohon untuk kelanjutan perjuangan serta menegaskan peran istimewa yang diharapkan dari Fatimah sebagai figur yang memimpin umat setelahnya.
Perpisahan Rasulullah bukan hanya merujuk pada kehilangan seorang pemimpin agama, tetapi juga kehilangan seorang ayah yang peduli dan penuh cinta kepada anak-anaknya. Fatimah menjadi simbol kekuatan, ketabahan, dan kebijaksanaan bagi umat Islam setelah kepergian Rasulullah SAW.
Dalam kesedihan dan kehilangan atas kepergian Beliau, umat Islam menemukan inspirasi dan arahan dalam kata-kata terakhir Rasulullah kepada Fatimah. Kedalaman pesan tersebut menjadi tonggak pijakan dalam menjaga nilai-nilai Islam, meneruskan perjuangan, dan merawat umat dengan penuh kasih dan kebijaksanaan, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah kepada Fatimah, dan melalui Fatimah, kepada umatnya.