Dalam kisah Ashabul Kahfi, tema penting yang muncul adalah waktu. Allah ingin menguji siapa yang dapat menghitung dengan tepat berapa lama Ashabul Kahfi tidur di gua. Para Ashabul Kahfi sendiri berdebat tentang durasi ini, ada yang menganggapnya sehari, ada yang mengatakan setengah hari. Ini menunjukkan betapa pentingnya waktu, yang menjadi pertanyaan pertama mereka saat tersadar.
Hal serupa terjadi saat manusia dibangkitkan kembali di Hari Kebangkitan. Salah satu pertanyaan awal adalah tentang waktu. Para pendusta yang dikumpulkan di sana tampil dengan wajah pucat karena rasa cemas. Mereka berbicara dengan suara yang hampir tidak terdengar, karena ketakutan yang menghantui mereka. Mengapa mereka berbicara dengan suara berbisik?
Ternyata, mereka tengah mencoba menghitung berapa lama waktu yang telah mereka habiskan di dunia ini. Beberapa mengklaim hanya sepuluh hari, sementara yang lain mengatakan hanya satu hari, atau bahkan hanya beberapa saat saat dua orang bertemu dan bersalaman. Ini mencerminkan betapa manusia seringkali salah menilai waktu di dunia.
Kesadaran akan Waktu dan Kematian
Mengapa tema waktu selalu menjadi fokus saat manusia tersadar setelah tidur atau saat Hari Kebangkitan? Mengapa kesadaran yang paling mudah dibangun adalah tentang kematian? Ini karena kesadaran akan waktu adalah kunci untuk membangunkan jiwa yang sering terlalaikan.
Al-Qur’an sendiri sering menggunakan analogi waktu untuk menggambarkan lamanya kejayaan dan kehancuran, seperti kehidupan tanaman padi yang hanya tumbuh hijau sebentar sebelum menguning dan layu. Begitu juga dengan kebahagiaan dunia yang seringkali hanya bertahan sebentar, disusul oleh kesedihan dan penyesalan. Kisah pemilik kebun dalam Al-Qur’an mengilustrasikan betapa cepatnya perubahan dalam kehidupan.
Arti Waktu dalam Konteks Akhirat
Maka, apa artinya sepuluh hari di dunia, meskipun diisi dengan kelezatan dan kenikmatan? Apa artinya satu malam yang penuh dengan kebahagiaan jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang tidak mengenal batas waktu? Kesadaran akan waktu adalah kunci untuk menyadari bahwa kehidupan dunia ini sementara dan nilainya relatif kecil jika dibandingkan dengan kehidupan akhirat yang tak terbatas. Semua yang kita alami di dunia ini hanya sebentar jika dibandingkan dengan keabadian akhirat.
Mengingat musibah yang kita alami setiap hari, kesadaran akan waktu adalah jalan untuk menyadari kelalaian kita. Oleh karena itu, kita harus menghargai waktu yang kita miliki di dunia ini dan mempersiapkan diri untuk kehidupan abadi yang akan datang. Kesadaran akan waktu adalah panggilan untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan bersiap menghadapi Hari Kebangkitan yang tiada berujung.