Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Meluruskan Niat Bermedia Sosial

SANGAT mudah membalas argumen dalam era digital. Tapi, hati-hati: tidak semua adu argumen itu berbingkai lillahi ta’ala.

Ada kalanya, semuanya hanya soal emosi dibalas emosi. Logika dibalas logika. Sindiran dibalas sindiran berikutnya.

Yang membuat sosmed keruh adalah urusan semacam ini. Dan hal-hal semacam ini tidak akan pernah selesai, sampai Izrail datang mencabut nyawa. Kita dipancing untuk mengomentari, dan kita merasa komentar kitalah yang akan menyelesaikan seluruh masalah. Padahal:

Apa iya masalahnya selesai?

Kita sering kepleset dalam niat bersosial media. Benarkah demi Allah kita menulis itu? Atau belaka urusan melampiaskan kekesalan. Menunjukkan kepintaran. Berbantah-bantahan.

Saya cuma ingin bilang, “Waspadalah. Sebab seorang mujahid pun bisa dilempar ke neraka, karena salah niatnya.”

Kita ada di era akhir zaman, betul. Kita juga ada di zaman yang sangat pelik, karena semua orang diizinkan bicara. Berargumen. Mengambil panggung. Berebut panggung. Tapi apakah ini semua soal panggung?

Perintahnya jelas. Jika Allah adalah core, inti dari setiap tindakan:

“Serulah (manusia) ke jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhan-mu, Dialah Yang Mahatahu tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah Yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.s. an-Nahl [16]: 125).

Advertisement. Scroll to continue reading.

Harusnya selaras. Antara niat dan cara. Niat ikhlas, tapi cara kasar? Manusia menjauh. Dakwah jadi tak menyentuh. Niat salah, cara halus? Tak ada nilainya di kitab amal.

Saya dapat renungan ini di akhir tahun kemarin. Tepatnya saya mengedit buku tentang sedekah. Ah, jangan-jangan, tulisan saya yang kemarin-kemarin itu nggak ada nilainya di hadapan Allah. Sebab sebagian berakar dari respon, bereaksi atas isu-isu yang ada. Padahal, setiap kali posting, kita perlu selalu tenang. Bicara dengan diri sendiri:

Pertama, saya posting ini untuk siapa?

Kedua, jika untuk Allah, bagaimana caranya agar sampai, sesuai dengan pakemNya? Wallahu a’lam.

Intan Jahni
Written By

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Ibrahim bin Adham, seorang tokoh sufi yang terkenal dalam sejarah Islam, dikenal dengan nasihat-nasihatnya yang tajam dan mendalam. Nasihat-nasihatnya tidak hanya mengingatkan kita tentang...