Monitorday.com – Lempar jumrah bukan sekadar ritual simbolik dalam ibadah haji, tetapi sarat makna spiritual yang mendalam. Ibadah ini merupakan bentuk nyata dari perlawanan terhadap godaan setan, sebagaimana pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam ketika digoda oleh Iblis.
Dalam pelaksanaannya, jemaah melemparkan batu kecil ke tiga pilar (jumrah ula, wustha, dan aqabah) yang melambangkan tempat munculnya setan untuk menggoda Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Nabi Ismail. Tindakan melempar ini bukan bertujuan menyakiti setan, melainkan sebagai simbol tekad untuk menolak segala bentuk bisikan dan godaan yang menjauhkan diri dari jalan Allah.
Makna yang terkandung dalam lempar jumrah mencakup kesadaran bahwa setiap manusia akan selalu menghadapi ujian dan godaan dalam hidupnya. Dengan melempar batu ke jumrah, seorang muslim diingatkan untuk melawan hawa nafsu, kesombongan, dan dorongan negatif lainnya. Ritual ini menjadi semacam deklarasi bahwa dirinya siap untuk menghadapi ujian hidup dengan keimanan dan keteguhan hati.
Selain sebagai perlawanan terhadap setan, lempar jumrah juga menyimbolkan pembersihan diri dari sifat-sifat buruk. Setiap batu yang dilempar bisa dimaknai sebagai simbol dari satu keburukan yang ingin dibuang: amarah, iri hati, keserakahan, dendam, dan lain-lain. Dalam konteks ini, lempar jumrah menjadi momentum refleksi dan transformasi spiritual.
Hikmah lain dari lempar jumrah adalah latihan disiplin dan ketaatan. Dalam kondisi ramai, panas, dan penuh tantangan fisik, jemaah tetap harus melaksanakan ritual ini sesuai tuntunan. Hal ini mengajarkan pentingnya kesabaran, kebersamaan, dan keikhlasan dalam beribadah.
Ibadah lempar jumrah juga memperkuat koneksi historis dan spiritual umat Islam dengan kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya. Kita tidak hanya membaca kisahnya di Al-Qur’an, tetapi juga menghidupkan kembali perjuangan mereka melalui tindakan konkret dalam ibadah haji.
Pada akhirnya, lempar jumrah adalah pelajaran besar tentang keteguhan hati, pengendalian diri, dan pengusiran bisikan setan dalam berbagai bentuknya. Melalui ritual ini, jemaah diajak untuk tidak hanya menyucikan tubuh dengan ihram, tetapi juga membersihkan hati dari segala bentuk penyakit batin.
