Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Thaharah Sebagai Syarat Sah Ibadah: Kajian Fikih Praktis

Thaharah bukan sekadar anjuran dalam Islam, melainkan merupakan syarat sah bagi sejumlah ibadah utama. Tanpa thaharah yang benar, ibadah seperti salat, tawaf, dan menyentuh mushaf Al-Qur’an menjadi tidak sah. Oleh karena itu, pemahaman tentang fikih thaharah sangat penting agar umat Islam dapat melaksanakan ibadah dengan sempurna dan diterima oleh Allah SWT.

Dalam salat, thaharah menjadi fondasi utama. Sebagaimana disebutkan dalam hadis Nabi SAW, “Tidak diterima salat seseorang tanpa bersuci” (HR. Muslim). Ini menunjukkan bahwa ibadah salat tidak akan sah jika seseorang masih berada dalam keadaan hadas atau belum menyucikan diri dari najis. Karena itu, memastikan diri telah berwudhu atau mandi wajib sebelum salat adalah bentuk ketaatan yang mendasar.

Selain salat, thaharah juga menjadi syarat untuk tawaf mengelilingi Ka’bah. Sebagaimana halnya salat, ibadah tawaf menuntut kebersihan dari hadas dan najis. Para ulama sepakat bahwa orang yang melakukan tawaf dalam keadaan tidak suci maka tawafnya tidak sah, dan harus diulang setelah bersuci.

Thaharah juga menjadi syarat bagi seseorang yang ingin menyentuh mushaf Al-Qur’an. Mayoritas ulama berpendapat bahwa menyentuh mushaf dalam keadaan hadas kecil maupun besar adalah tidak diperbolehkan. Hal ini didasarkan pada ayat, “Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al-Waqi’ah: 79), meskipun terdapat perbedaan penafsiran, namun kehati-hatian tetap dianjurkan.

Dalam kajian fikih praktis, penting pula memahami hal-hal yang membatalkan thaharah. Misalnya, buang air kecil atau besar, keluar angin dari dubur, tidur pulas, atau menyentuh kemaluan secara langsung tanpa pembatas. Begitu pula untuk mandi wajib, seseorang harus memastikan tidak ada bagian tubuh yang terlewat, karena jika masih ada yang belum terkena air, maka mandinya tidak sah.

Kajian fikih thaharah tidak hanya terbatas pada teori, tetapi harus diterapkan dalam keseharian. Umat Islam perlu membiasakan diri untuk memahami tata cara bersuci yang benar, seperti menggunakan air secukupnya tanpa berlebihan, dan memastikan tempat ibadah dalam keadaan suci. Bahkan dalam kondisi terbatas seperti sakit atau tidak ada air, Islam memberikan alternatif tayammum, sebagai bentuk kemudahan dalam bersuci.

Dengan demikian, thaharah bukan hanya soal bersih fisik, tetapi juga tanda kesiapan spiritual untuk berinteraksi langsung dengan Allah. Ia menjadi pintu masuk untuk semua ibadah besar dalam Islam. Maka, menjaga thaharah adalah menjaga kualitas ibadah itu sendiri. Siapa yang meremehkannya, maka ibadahnya pun bisa terancam sia-sia.

Robby Karman
Written By

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Sirah

RUANGSUJUD.COM – Abu Bakar wafat pada malam Senin. Ada juga yang mengatakan setelah maghrib (malam Selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga tepatnya pada 22...