Monitorday.com – Ibnu Taimiyah adalah salah satu ulama besar yang dikenal karena ketegasan, kecerdasannya, dan keberaniannya dalam membela kemurnian ajaran Islam. Nama lengkapnya adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abdul Halim bin Abdussalam bin Taimiyah, lahir di Harran (dekat Suriah modern) pada tahun 661 H (1263 M). Ia hidup di masa yang penuh gejolak — ketika dunia Islam mengalami tekanan besar dari serangan Tatar (Mongol) dan perpecahan internal. Di tengah situasi itu, Ibnu Taimiyah muncul sebagai suara pembaharu yang menyeru umat agar kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah secara murni.
Sejak kecil, Ibnu Taimiyah sudah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia hafal Al-Qur’an di usia dini dan belajar berbagai cabang ilmu seperti hadis, tafsir, fiqih, ushul fiqih, bahasa Arab, dan logika. Gurunya yang pertama adalah ayahnya sendiri, seorang ulama besar di Harran. Namun, karena serangan Tatar, keluarganya hijrah ke Damaskus, di mana Ibnu Taimiyah muda kemudian berkembang menjadi seorang ulama dengan pemikiran tajam dan keberanian yang langka.
Salah satu hal yang membuat Ibnu Taimiyah dikenal luas adalah semangatnya dalam melakukan islah (reformasi) pemikiran Islam. Ia menolak segala bentuk penyimpangan dan takhayul yang berkembang di masyarakat, termasuk praktik-praktik bid’ah yang tidak memiliki dasar dari Al-Qur’an dan Sunnah. Ia juga mengkritik kecenderungan sebagian kalangan untuk menuhankan akal dalam memahami agama, serta menolak pengkultusan terhadap tokoh atau madzhab tertentu. Bagi Ibnu Taimiyah, kebenaran hanya ada pada wahyu, bukan pada manusia.
Keteguhan sikapnya sering membuatnya berhadapan dengan banyak pihak — dari ulama yang berbeda pandangan hingga penguasa yang tersinggung oleh keberaniannya. Namun, ia tidak pernah mundur. Dalam berbagai kesempatan, Ibnu Taimiyah tetap menyampaikan kebenaran meskipun harus membayar mahal. Ia berkali-kali dipenjara karena pendapat-pendapatnya yang dianggap kontroversial, namun di dalam penjara itulah ia justru menulis karya-karya besarnya yang menjadi warisan ilmu abadi.
Karya-karyanya meliputi berbagai bidang, dari aqidah, tafsir, fiqih, hingga falsafah. Di antara karya terkenalnya adalah Majmu’ al-Fatawa, Dar’ Ta’arud al-‘Aql wa an-Naql, dan Al-Istiqamah. Semua tulisannya menunjukkan keluasan ilmunya dan ketajaman analisisnya. Ia dikenal mampu memadukan antara dalil naqli (wahyu) dan dalil aqli (logika) secara harmonis, menjadikannya sosok ulama rasionalis sekaligus tekstualis dalam waktu yang bersamaan.
Lebih dari sekadar ilmuwan, Ibnu Taimiyah adalah simbol keberanian moral. Ia hidup dengan prinsip bahwa kebenaran harus ditegakkan, meskipun seluruh dunia menentangnya. Ia tidak mencari kedudukan, tidak takut celaan, dan tidak bergantung pada siapa pun selain Allah. Karena keteguhannya itulah, generasi setelahnya menempatkannya sebagai salah satu pembaharu terbesar dalam sejarah Islam.
Warisan pemikiran Ibnu Taimiyah telah melahirkan banyak murid dan penerus, termasuk Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang terkenal dengan karya Madarijus Salikin. Pengaruhnya bahkan terasa hingga era modern, menginspirasi gerakan-gerakan tajdid (pembaharuan) dan reformasi di dunia Islam. Dengan ketegasan, kecerdasan, dan keberaniannya, Ibnu Taimiyah membuktikan bahwa seorang ulama sejati bukan hanya pewaris ilmu, tetapi juga penjaga kemurnian agama.


























