Menteri Pertahanan Prancis, Sebastien Lecornu, mengkonfirmasi bahwa pesawat tempur Prancis membombardir posisi kelompok ISIS di Suriah.
Serangan ini merupakan yang pertama sejak Bashar Assad digulingkan dari kekuasaan.
Lecornu menyatakan bahwa pasukan Prancis tetap aktif dalam memerangi terorisme di kawasan Syam melalui platform X.
Pada hari Ahad, angkatan udara Prancis melancarkan serangan terhadap Daesh di wilayah Suriah, menurut Lecornu.
Jet tempur Prancis Rafale dan drone Reaper buatan Amerika Serikat menjatuhkan tujuh bom atas dua target militer Daesh di Suriah.
Pasukan Prancis telah menjadi bagian dari koalisi internasional Inherent Resolve melawan ISIS sejak 2014 di Irak dan sejak 2015 di Suriah.
Kabar mengenai serangan tersebut muncul saat Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noel Barrot, dan Lecornu tiba di Libanon.
Setibanya di Beirut, Barrot dan Lecornu bertemu dengan pimpinan militer Libanon, Joseph Aoun.
Pada hari Selasa, mereka mengunjungi pasukan Prancis yang tergabung dengan pasukan PBB UNIFIL di perbatasan dekat Israel.
UNIFIL mengungkapkan keprihatinan mengenai penghancuran berkelanjutan yang dilakukan oleh tentara Israel di Libanon bagian selatan.
Meskipun ada gencatan senjata, situasi di wilayah tersebut tetap tegang.
Serangan ini menunjukkan komitmen Prancis dalam memerangi terorisme di kawasan tersebut.
Lecornu menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi ancaman ISIS.
Serangan ini juga mencerminkan dinamika geopolitik yang kompleks di Timur Tengah.
Kehadiran pasukan Prancis di Libanon menunjukkan dukungan terhadap stabilitas regional.
Menteri Pertahanan Prancis berkomitmen untuk terus mendukung operasi melawan terorisme.
Situasi di Suriah dan sekitarnya tetap menjadi perhatian utama bagi keamanan internasional.
