Salman Al Farisi bukan hanya dikenal karena perjalanan spiritualnya yang panjang dalam mencari kebenaran, tetapi juga karena kecerdasannya dalam strategi perang. Salah satu kontribusi terbesarnya bagi umat Islam tercatat dalam sejarah Perang Khandaq atau Perang Parit, ketika idenya menjadi kunci kemenangan bagi kaum Muslimin.
Pada tahun kelima Hijriah, Madinah dihadapkan pada ancaman besar dari pasukan gabungan Quraisy dan sekutunya yang berjumlah sekitar sepuluh ribu orang. Sementara itu, kaum Muslimin hanya sekitar tiga ribu prajurit. Kondisi ini membuat situasi sangat genting, dan Rasulullah ﷺ mengumpulkan para sahabat untuk bermusyawarah menentukan strategi pertahanan.
Di tengah musyawarah itu, Salman Al Farisi mengusulkan ide yang belum pernah digunakan di Jazirah Arab: menggali parit di sekeliling Madinah untuk menghalangi pasukan musuh. Ia mengatakan, “Wahai Rasulullah, di negeri kami Persia, bila kami dikepung oleh musuh yang besar, kami membuat parit di sekeliling kota.”
Rasulullah ﷺ menyetujui usulan itu, dan kaum Muslimin segera bekerja keras menggali parit di tengah musim dingin. Rasulullah sendiri ikut turun menggali, memberi semangat kepada para sahabat. Semangat kebersamaan itu membuat mereka berhasil menyelesaikan parit sebelum pasukan musuh tiba.
Ketika pasukan Quraisy datang, mereka terkejut melihat parit yang dalam dan lebar, sesuatu yang sama sekali asing bagi mereka. Strategi Salman terbukti ampuh. Musuh tidak bisa menyerang secara langsung, dan upaya mereka menyeberang selalu digagalkan oleh kaum Muslimin.
Pertempuran berlangsung selama beberapa minggu tanpa hasil bagi pihak musuh. Angin kencang yang dikirim Allah memporak-porandakan tenda dan logistik mereka, hingga akhirnya mereka mundur dalam keadaan lemah dan kalah.
Kemenangan dalam Perang Khandaq menjadi bukti kecerdasan dan kontribusi besar Salman Al Farisi. Ia bukan hanya seorang pejuang di medan perang, tetapi juga seorang pemikir yang mampu menghadirkan solusi kreatif di saat genting.
Dari kisah ini kita belajar, bahwa ide dan ilmu dari pengalaman hidup sangat berharga bila digunakan untuk kemaslahatan umat. Salman membuktikan bahwa Islam menghargai siapa pun yang berkontribusi, tanpa memandang asal suku atau bangsa. Dalam persaudaraan Islam, yang utama adalah iman dan amal.


























