Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Waktu-Waktu Disunnahkan Bertakbir: Panduan Lengkap di Hari Raya

Takbir merupakan salah satu ibadah lisan yang memiliki tempat istimewa dalam Islam, terutama pada momen-momen besar seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Tidak hanya sekadar melafalkan “Allahu Akbar”, takbir memiliki waktu-waktu yang disunnahkan agar pengamalannya lebih bermakna dan sesuai tuntunan syariat. Dalam berbagai hadis dan riwayat sahabat, disebutkan sejumlah waktu utama untuk memperbanyak takbir sebagai bentuk syiar Islam dan ekspresi ketundukan kepada Allah.

Waktu pertama yang disunnahkan untuk bertakbir adalah malam Idul Fitri, yaitu setelah terbenamnya matahari pada malam 1 Syawal. Di malam ini, takbir dilakukan secara mursal, artinya tidak terikat oleh waktu atau ibadah tertentu. Takbir ini terus dikumandangkan hingga imam memulai salat Id. Dalam suasana ini, umat Islam diajak mengisi malam raya dengan semangat penghambaan dan syukur setelah menjalani puasa Ramadhan sebulan penuh.

Waktu kedua adalah malam Idul Adha dan hari-hari Tasyrik, yaitu tanggal 10 hingga 13 Dzulhijjah. Takbir dimulai sejak malam Hari Raya dan terus berlangsung hingga tanggal 13 Dzulhijjah setelah salat Ashar. Pada masa ini, takbir dapat dilakukan dalam dua bentuk: takbir mursal (bebas waktu) dan takbir muqayyad (setelah salat wajib). Khusus takbir muqayyad, ia disunnahkan dilakukan setiap selesai salat fardhu. Waktu ini dimanfaatkan umat untuk mengingat keagungan Allah di tengah semaraknya ibadah kurban dan ziarah haji.

Selain momen-momen Hari Raya, terdapat juga waktu-waktu lainnya yang disunnahkan untuk bertakbir secara umum, meski tidak bersifat wajib atau terikat secara spesifik. Misalnya, saat melihat sesuatu yang menakjubkan, ketika menghadapi musuh di medan perang, atau ketika dalam kondisi sulit sebagai bentuk permohonan kekuatan kepada Allah. Dalam konteks ini, takbir menjadi bentuk dzikir yang memperkuat keyakinan dan keberanian.

Dalam pelaksanaannya, umat Islam dianjurkan bertakbir di berbagai tempat, seperti masjid, rumah, pasar, atau bahkan di jalan. Sebagaimana yang dilakukan oleh sahabat Nabi seperti Ibnu Umar dan Abu Hurairah, mereka bertakbir di pasar dan masyarakat pun ikut menyambut takbir mereka. Ini menandakan bahwa takbir memiliki dimensi sosial dan spiritual yang kuat, menyatukan umat dalam satu suara pengagungan terhadap Allah SWT.

Syiar takbir juga menjadi pengingat bahwa kemenangan seorang Muslim sejati bukan terletak pada harta atau kekuasaan, tetapi pada kemampuannya menundukkan hawa nafsu dan tunduk kepada perintah Allah. Karenanya, menghidupkan waktu-waktu sunnah untuk takbir adalah bentuk kecintaan kita terhadap syariat dan bukti kesadaran ruhani yang terus terjaga.

Dengan mengetahui waktu-waktu utama untuk bertakbir, kita tidak hanya mengikuti tradisi semata, tetapi juga meraih keutamaan spiritual yang luar biasa. Mari hidupkan hari-hari istimewa dalam Islam dengan gema takbir yang tulus dari hati.

Robby Karman
Written By

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Sirah

RUANGSUJUD.COM – Abu Bakar wafat pada malam Senin. Ada juga yang mengatakan setelah maghrib (malam Selasa) dan dikebumikan pada malam itu juga tepatnya pada 22...