Ikhtilaf yang tidak dibarengi adab akan menimbulkan fitnah dan perpecahan. Karena itu, para ulama salaf sangat menekankan pentingnya adab dalam menyikapi perbedaan pendapat. Mereka berbeda dalam banyak hal, namun tetap saling menghormati satu sama lain.
Imam Ahmad bin Hanbal pernah berbeda pendapat tajam dengan Imam Syafi’i, tetapi beliau tetap memuliakannya sebagai guru. Begitu pula Imam Abu Hanifah yang kerap berdebat dengan para ulama Madinah, tetapi tak pernah merendahkan mereka.
Adab yang dimaksud meliputi tidak merendahkan pendapat orang lain, tidak menyebut pihak berbeda sebagai sesat, serta menjaga lisan dan tulisan dari kata-kata kasar. Selain itu, seorang muslim sebaiknya memahami bahwa ikhtilaf dalam hal-hal cabang adalah hal yang diakui oleh agama.
Sayangnya, media sosial saat ini sering menjadi medan pertempuran pendapat tanpa adab. Banyak yang mudah menuduh sesat hanya karena beda mazhab atau pandangan. Padahal, adab lebih utama daripada sekadar merasa paling benar.
Sikap saling menghormati dalam ikhtilaf bukan berarti menyamakan kebenaran, tetapi menunjukkan kedewasaan dan kasih sayang dalam dakwah. Islam tidak mengajarkan kebencian dalam perbedaan, melainkan akhlak mulia dalam menyikapinya.
