Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Pujian dan Syukur Sejati Hanya Milik Allah

Segala puji dan syukur sejati hanya milik Allah, sumber nikmat dan keindahan. Al-Fatihah menegaskan ini. Nikmat-Nya tak terhingga, termasuk hidayah. Akui keagungan-Nya dengan ‘Al-Hamdulillah’ dan taat.

RuangSujud.com – Di antara hiruk pikuk kehidupan, seringkali kita lupa untuk sejenak merenungkan: kepada siapa sesungguhnya pujian dan syukur yang paling tulus harus kita panjatkan? Dalam setiap keindahan yang memukau, setiap keberhasilan yang menggembirakan, atau setiap karunia yang mempermudah langkah, ada satu Dzat yang hakikatnya menjadi sumber segala-galanya. Islam mengajarkan kita sebuah kebenaran fundamental yang menenangkan jiwa: segala puji dan syukur yang hakiki, yang tak bertepi, hanyalah milik Allah Subhanahu Wata’ala.

Sejak lembaran pertama Al-Qur’an, dalam surah Al-Fatihah ayat kedua, Allah telah berfirman: “Al-Hamdu lillahi Rabbil ‘alamin” (Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam). Firman ini menegaskan bahwa setiap bentuk pujian dan kesyukuran, dengan segala dimensinya, adalah mutlak hak Allah. Mengapa demikian? Karena segala kebaikan, keindahan, dan kesempurnaan yang kita lihat pada makhluk—baik itu kecerdasan seseorang, keelokan rupa, maupun kemampuan—sesungguhnya adalah pantulan dari karunia-Nya. Tanpa anugerah-Nya, semua itu hanyalah fana, tak bermakna.

Bukankah Allah adalah Al-Alim (Maha Berilmu) dan sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam, Allah itu Jamil (Maha Indah) dan yuhibb al-jamal (mencintai keindahan)? Ini menunjukkan bahwa sumber segala kepintaran dan keindahan adalah Dzat Yang Maha Sempurna itu sendiri. Oleh karena itu, para ulama sering menafsirkan ‘Al-Hamd’ dalam ayat tersebut sebagai ‘Al-Syukr’ (rasa syukur atau terima kasih). Syukur ini pun harus sepenuhnya kita tujukan kepada Allah, sebab Dialah Sang Pemberi nikmat yang tak terhingga, bukan kepada selain-Nya.

Betapa luasnya samudera nikmat yang telah Dia curahkan kepada hamba-hamba-Nya. Dari napas yang kita hirup, detak jantung yang tak pernah berhenti, hingga hidayah iman yang menerangi hati. Saking banyaknya, nikmat-nikmat tersebut tak mungkin dapat kita hitung, apalagi membalasnya. Allah mengingatkan kita dalam firman-Nya, “Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nahl [16]: 18). Ayat ini menjadi cerminan betapa seringnya kita lalai, betapa sulitnya manusia untuk benar-benar bersyukur sepenuhnya, hingga terkadang berbuat zalim dan mengingkari nikmat-Nya.

Di antara sekian banyak nikmat, ada satu karunia yang patut kita syukuri lebih dalam lagi: nikmat hidayah. Hidayah inilah yang membuka hati dan pikiran kita, memberitahu bahwa segala bentuk pujian dan kesyukuran memang hanya untuk-Nya. Tanpa petunjuk dari Allah, betapa mudahnya kita tersesat dalam memuji selain-Nya, atau terlena dengan ucapan terima kasih kepada makhluk semata, lupa akan Sang Pemberi Asal. Maha Pengasih (Ar-Rahman) dan Maha Penyayang (Ar-Rahim)-Nya Allah tidak membiarkan kita dalam kejahilan, justru sejak awal Al-Qur’an, Dia telah membimbing kita untuk mengarahkan pandangan hati pada kebenaran ini.

Allah, Dzat yang patut kita puji, memperkenalkan diri-Nya dengan sebutan Rabb. Para ulama memaknai ‘Rabb’ sebagai al-Sayyid (Tuan) yang harus ditaati, Sang Pemilik, dan juga Dia yang senantiasa melakukan perbaikan serta pemeliharaan. Sebagaimana pemilik rumah disebut ‘Rabbul Bait’, maka Allah adalah Rabbul ‘Alamin, Pemilik, Pengatur, dan Pemelihara seluruh alam semesta. Mengingat hakikat ini, marilah kita senantiasa membasahi lisan dan hati dengan ‘Al-Hamdulillah’, menjadikannya bukan sekadar ucapan, melainkan sebuah pengakuan tulus akan keagungan-Nya, dan manifestasi rasa syukur kita atas setiap hembusan nikmat, sekaligus komitmen untuk senantiasa taat pada perintah-Nya.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...