RuangSujud.com – Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia yang terus berputar, seringkali kita terlupa akan hakikat keberadaan kita di muka bumi. Namun, Al-Qur’an dengan tegas mengingatkan kita akan tujuan mulia penciptaan ini, sebagaimana firman Allah SWT: “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.” (QS: Adz-Dzariyat: 56). Ayat yang agung ini bukan sekadar kalimat, melainkan kompas spiritual yang mengarahkan setiap langkah kita, menyadarkan bahwa seluruh aktivitas hendaknya berbingkai pengabdian kepada Sang Maha Kuasa, Dzat yang tiada tanding.
Inilah yang disebut “Iradatullah”, sebuah kehendak dan ketetapan Ilahi yang mengikat seluruh makhluk ciptaan-Nya, jauh sebelum mereka wujud. Kehidupan modern yang serba cepat dan kadang terasa tanpa arah seringkali menjauhkan manusia dari rel ilahiah ini. Ketika kita berpaling dari tujuan luhur ini, beban kehidupan terasa semakin berat, hati diliputi kegelisahan, dan musibah seolah datang silih berganti. Semua itu adalah cerminan dari pengingkaran dan ketidakpatuhan, sebagai konsekuensi logis dari menjauhnya diri dari petunjuk Sang Pencipta.
Sungguh, Allah Ta’ala Maha Suci dari segala kekurangan, tidaklah Dia membutuhkan ibadah kita. Sebagaimana penuturan Imam Ibnu Katsir, “Sesungguhnya Aku menciptakan mereka agar Aku perintahkan mereka beribadah kepadaKu. Bukan karena hajatKu kepada mereka.” Ayat selanjutnya menegaskan, “Aku tidak menghendaki rizqi dari mereka, dan tidak pula Aku menghendaki agar mereka memberi makan kepadaKu.” (QS: Adz-Dzariyat: 57). Justru sebaliknya, kitalah yang fakir dan sangat membutuhkan-Nya dalam setiap tarikan napas, sementara Allah adalah Yang Maha Kaya, Maha Pemberi rezeki, lagi Maha Kuat dan Kokoh, sebagaimana firman-Nya, “Hai sekalian manusia, kalianlah yang sangat faqir (membutuhkan) kepada Allah. Dan Allah Dialah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS: Fathir: 15). Maka, ibadah bukanlah beban, melainkan jalan kembali kepada fitrah, menuju ketenangan sejati.
Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam mengajarkan bahwa ibadah adalah hak Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-Nya. Dalam dialog inspiratif dengan sahabat Mu’adz bin Jabal, beliau bersabda, “Sesungguhnya hak Allah atas hambaNya adalah mereka beribadah kepada Allah dengan tidak mempersekutukan dengan sesuatu apapun. Dan hak hamba atas Allah bahwa Allah tidak mengazab mereka selama mereka menjalankan ibadah kepadaNya dengan tidak mempersekutukanNya.” (HR. Muttafaqun Alaih). Sebuah jaminan kasih sayang dari Sang Pencipta bagi hamba-hamba-Nya yang setia, menjadikan ibadah sebagai jembatan menuju ampunan dan perlindungan-Nya dari azab.
Kehadiran ibadah dalam kehidupan seorang Muslim memiliki urgensi yang tak terbantahkan. Pertama, ia adalah identitas keislaman dan keimanan yang membedakan seorang hamba yang beriman dengan yang tidak. Tanpa ibadah, batas antara keduanya menjadi kabur, kehilangan penanda spiritual yang fundamental. Kedua, ibadah adalah simbol ketundukan dan kepatuhan mutlak seorang hamba di hadapan Sang Pencipta. Mengambil pelajaran dari kesombongan Iblis yang menolak sujud, kita memahami bahwa ketundukan adalah kunci penerimaan dan rahmat Ilahi. Kisah sahabat Rabi’ah bin Ka’ab al-Aslami yang meminta ditemani Rasulullah di surga dan dijawab dengan perintah “memperbanyak sujud” menjadi bukti nyata betapa agungnya makna sujud sebagai bentuk pengabdian.
Dan yang ketiga, ibadah adalah media agung untuk meraih keberkahan dalam segala aspek kehidupan. Setiap pekerjaan, setiap kekayaan, setiap ikatan keluarga, dan setiap anugerah yang kita miliki adalah ladang ujian ketaatan. Apabila setiap gerak-gerik kita dilandasi niat ibadah, niscaya keberkahan akan melimpah dari langit dan bumi, menghadirkan ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki. Sebagaimana firman Allah: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi…” (QS: Al-A’raf: 96). Marilah kita renungkan, sesungguhnya kehidupan yang bermakna adalah kehidupan yang dipenuhi dengan ibadah, menyelaraskan kehendak diri dengan kehendak Ilahi, demi meraih ridha dan kebahagiaan abadi.


























