Mufti Besar Libya, Syeikh Dr. Al-Sadiq Al-Ghariani menuduh Uni Emirat Arab mendukung milisi RSF di Sudan sebagai bagian dari rencana Zionis.
Dalam video yang dipublikasikan Jumat (31/10/2025), ia menegaskan bahwa langkah UEA itu bukan kebetulan, melainkan bagian dari proyek besar Zionis-Amerika.
Menurutnya, skema tersebut tidak hanya terjadi di Sudan, tetapi juga menjalar ke berbagai negara Arab dan Afrika Utara.
“Proyek di Tepi Barat dan Gaza adalah pusatnya, sementara cabangnya telah menyebar ke Yaman, Mesir, Libya, dan Sudan,” ujar Syeikh Al-Sadiq.
Ia menilai proyek itu mulai dijalankan setelah sejumlah negara Arab berhasil dibebaskan oleh kekuatan Muslim pasca-Arab Spring 2012.
Syeikh Al-Sadiq menuding negara-negara tersebut kemudian dijadikan target untuk melemahkan kekuatan Islam yang sedang bangkit.
Ia mencontohkan perang di Yaman, kudeta di Mesir terhadap Presiden Morsi, serta konflik di Libya sebagai bagian dari konspirasi itu.
“Di Libya mereka membawa kita Haftar,” katanya, menyindir tokoh militer Khalifa Haftar yang didukung pihak asing.
Ia menegaskan bahwa semua langkah tersebut merupakan upaya terencana untuk menghentikan kemerdekaan politik umat Islam.
Syeikh Al-Sadiq juga mengaitkan kebijakan UEA dengan dukungan terhadap kekuatan yang menindas rakyat Muslim.
Sementara itu, laporan Al-Jazeera menyebut milisi RSF telah melakukan pembantaian besar di El-Fasher, Sudan.
Sedikitnya 1.500 orang tewas hanya dalam tiga hari terakhir akibat serangan brutal tersebut.
Jaringan Dokter Sudan menggambarkan peristiwa itu sebagai genosida nyata yang menargetkan warga sipil.
Konflik antara RSF dan tentara Sudan sendiri telah berlangsung sejak 2023 dan menewaskan puluhan ribu orang.
Perang itu juga membuat sekitar 12 juta warga Sudan harus mengungsi dari rumah mereka.
Serangan terbaru RSF ke El-Fasher, benteng terakhir tentara di Darfur, terjadi setelah pengepungan panjang selama 17 bulan.
