Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Ekspedisi Konstantinopel di Masa Sulaiman bin Abdul Malik: Langkah Besar Menuju Eropa Timur

Monitorday.com – Salah satu peristiwa paling monumental dalam masa pemerintahan Sulaiman bin Abdul Malik adalah ekspedisi besar menuju Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium (Romawi Timur). Misi ini bukan sekadar penaklukan militer, tetapi juga simbol cita-cita panjang umat Islam sejak masa Khalifah Utsman bin Affan: membawa dakwah Islam ke jantung peradaban Eropa Timur.

Ketika Sulaiman naik tahta pada tahun 96 H (715 M), dunia Islam berada pada puncak kejayaan politik dan militer. Kekhalifahan Umayyah membentang luas dari Spanyol di barat hingga India di timur. Namun, di tengah kejayaan itu, Konstantinopel — kota paling kuat dan termasyhur di dunia — masih berdiri kokoh, menjadi benteng terakhir kekuasaan Bizantium. Bagi umat Islam, menaklukkan Konstantinopel bukan sekadar ambisi politik, melainkan juga pemenuhan nubuat Rasulullah ﷺ yang bersabda, “Kota Konstantinopel pasti akan ditaklukkan, dan sebaik-baik pemimpin adalah pemimpinnya, serta sebaik-baik pasukan adalah pasukannya.” (HR. Ahmad).

Dengan semangat itu, Sulaiman mempersiapkan ekspedisi besar yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Ia menunjuk saudaranya, Maslamah bin Abdul Malik, sebagai panglima utama pasukan. Maslamah adalah jenderal tangguh yang telah banyak menaklukkan wilayah di Kaukasus dan Armenia. Sulaiman memberikan dukungan penuh: ia memerintahkan pengumpulan pasukan dari seluruh provinsi Islam, membangun armada laut raksasa di Suriah, dan mengirim ribuan kapal perang untuk mengarungi Laut Aegea menuju Konstantinopel.

Pada tahun 98 H (717 M), pasukan Islam tiba di depan tembok raksasa Konstantinopel — tembok yang terkenal tak tertembus selama berabad-abad. Pengepungan pun dimulai. Tentara Muslim mengepung kota dari darat dan laut, memutus jalur suplai Bizantium, dan menekan ibu kota dengan kekuatan yang luar biasa. Namun Bizantium tidak mudah menyerah. Mereka menggunakan “api Yunani” (Greek Fire), senjata mematikan yang bisa membakar kapal di laut. Senjata ini menjadi salah satu alasan mengapa armada Islam mengalami kerugian besar.

Meski begitu, semangat pasukan Islam tidak surut. Maslamah memimpin pengepungan selama hampir satu tahun penuh, menahan musim dingin yang keras dan kekurangan logistik. Sementara itu, Sulaiman terus mengirim bala bantuan dari Suriah dan Mesir untuk menjaga semangat jihad tetap menyala. Ia sering berkata, “Kita tidak berperang untuk dunia, tetapi untuk mengibarkan kalimat Allah di ujung bumi.”

Akhirnya, setelah berbulan-bulan pengepungan, kedua pihak sepakat berdamai. Kaisar Bizantium Leo III meminta perjanjian damai dan bersedia membayar upeti besar kepada kekhalifahan. Meskipun Konstantinopel tidak berhasil ditaklukkan sepenuhnya, ekspedisi ini meninggalkan dampak luar biasa: Bizantium melemah secara ekonomi dan militer, sementara dunia Islam menunjukkan kepada dunia bahwa ia memiliki kekuatan global yang mampu menantang kekaisaran tertua di Eropa.

Ekspedisi ini juga memperlihatkan tingkat perencanaan militer dan logistik yang luar biasa di masa Sulaiman. Ia mengatur rantai suplai dari Damaskus ke Anatolia, membangun pos istirahat di sepanjang jalur, dan memperkuat armada laut Islam hingga menjadi salah satu kekuatan maritim terbesar di dunia kala itu. Ini menunjukkan bahwa kekhalifahan Umayyah bukan hanya kuat dalam iman, tetapi juga unggul dalam strategi dan teknologi perang.

Walau gagal menaklukkan kota sepenuhnya, para sejarawan sepakat bahwa ekspedisi Konstantinopel di masa Sulaiman membuka jalan bagi generasi berikutnya. Upaya ini menjadi inspirasi bagi umat Islam di kemudian hari, termasuk bagi Sultan Mehmed II dari Kesultanan Utsmaniyah, yang akhirnya menaklukkan kota tersebut pada tahun 1453 M. Dengan demikian, cita-cita yang pernah dirintis oleh Sulaiman dan saudaranya Maslamah akhirnya terwujud beberapa abad kemudian.

Ekspedisi Konstantinopel menjadi bukti bahwa masa pemerintahan Sulaiman bukan masa stagnasi, melainkan masa ekspansi dan visi besar. Ia tidak hanya mempertahankan kejayaan Islam yang diwarisi dari kakaknya, tetapi juga memperluas cakrawalanya ke arah barat — menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah kekuatan global yang tidak mengenal batas benua.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Sulaiman wafat di wilayah Dabiq pada tahun yang sama, ketika ekspedisi masih berlangsung. Ia meninggalkan dunia dalam keadaan berjuang di jalan Allah — dan di bawah kepemimpinannya, semangat jihad dan kebesaran Islam mencapai puncak spiritual yang menggetarkan sejarah.

Robby Karman
Written By

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Pentingnya Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-Hari Dalam ajaran Islam, Rukun Iman merupakan dasar keyakinan yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap umat Muslim. Rukun...