Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Madarijus Salikin: Karya Spiritual Ibnu Qayyim yang Mengajarkan Jalan Menuju Allah

Di antara karya-karya besar Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Madarijus Salikin menempati posisi istimewa sebagai kitab yang membimbing hati menuju Allah. Kitab ini bukan sekadar karya ilmiah, tetapi perjalanan ruhani yang mengajarkan bagaimana seorang hamba berjalan di jalan ketaatan, meninggalkan hawa nafsu, dan mencapai maqam tertinggi dalam cinta Ilahi. Bagi banyak ulama, Madarijus Salikin adalah salah satu karya tasawuf paling murni dan mendalam dalam Islam.

Ibnu Qayyim menulis Madarijus Salikin sebagai penjelasan (syarah) atas kitab Manazilus Sa’irin karya Imam Al-Harawi, seorang sufi besar abad ke-11. Namun, Ibnu Qayyim tidak hanya menjelaskan — ia juga mengoreksi, meluruskan, dan memperluas pandangan Al-Harawi agar lebih sesuai dengan Al-Qur’an dan sunnah. Dengan bahasa yang indah dan argumentasi yang kuat, Ibnu Qayyim menjadikan kitab ini sebagai panduan ruhani yang tidak hanya untuk para sufi, tetapi juga bagi siapa pun yang ingin memperbaiki hati dan mendekatkan diri kepada Allah.

Isi Madarijus Salikin berputar di sekitar konsep “perjalanan spiritual seorang hamba menuju Allah” (suluk). Ibnu Qayyim membagi perjalanan ini ke dalam tiga tingkatan besar: perjalanan orang yang beribadah karena takut kepada Allah, perjalanan orang yang beribadah karena harap akan rahmat-Nya, dan perjalanan orang yang beribadah karena cinta kepada-Nya. Menurutnya, tingkat tertinggi dari ibadah adalah ketika seseorang menyembah Allah bukan karena takut neraka atau mengharap surga, tetapi karena cinta yang tulus kepada-Nya.

Dalam kitab ini, Ibnu Qayyim menekankan pentingnya kebersihan hati. Ia menjelaskan bahwa hati adalah pusat kehidupan spiritual manusia, dan semua amal tergantung pada keadaan hati. Ia menulis, “Perjalanan menuju Allah tidak ditempuh dengan langkah kaki, tetapi dengan hati yang hidup.” Oleh karena itu, penyucian hati dari sifat riya, sombong, dan cinta dunia menjadi syarat utama bagi siapa pun yang ingin mendekat kepada Allah.

Salah satu kekuatan Madarijus Salikin adalah keseimbangannya antara dalil syar’i dan kedalaman spiritual. Ibnu Qayyim menolak konsep-konsep mistik yang tidak memiliki dasar Al-Qur’an, namun ia juga menolak kekakuan yang mengabaikan dimensi batin manusia. Ia membangun jalan tengah — jalan yang memadukan ilmu, amal, dan dzikir. Ia menulis, “Orang berilmu tanpa dzikir hatinya keras, dan orang berdzikir tanpa ilmu hatinya tersesat. Maka jadilah engkau ahli dzikir yang berilmu.”

Kitab ini juga membahas konsep maqamat (tahapan spiritual), seperti taubat, sabar, syukur, tawakal, ridha, dan mahabbah. Setiap maqam dijelaskan bukan hanya secara teoretis, tetapi juga praktis — bagaimana mencapainya dan bagaimana menjaga keikhlasan di setiap langkah. Karena itu, Madarijus Salikin menjadi panduan yang relevan bagi siapa pun yang ingin membangun kedekatan dengan Allah di tengah kehidupan modern yang sibuk dan materialistis.

Pengaruh Madarijus Salikin sangat besar. Karya ini menjadi rujukan utama bagi para ulama dan pelajar tasawuf yang ingin mempelajari jalan spiritual yang lurus, jauh dari penyimpangan. Banyak tokoh besar, termasuk Imam Asy-Syaukani dan Muhammad Abduh, memuji kitab ini karena kemampuannya menyatukan syariat dan hakikat dengan penuh hikmah.

Melalui Madarijus Salikin, Ibnu Qayyim mengajarkan bahwa perjalanan menuju Allah bukanlah tentang meninggalkan dunia, tetapi menata hati agar dunia tidak menguasai jiwa. Bahwa cinta kepada Allah tidak bisa dipisahkan dari amal dan ilmu. Dan bahwa kebahagiaan sejati hanya akan diraih ketika seorang hamba menyadari bahwa semua yang ia miliki — waktu, harta, bahkan dirinya — hanyalah milik Allah semata.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...