Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Kebijakan Politik dan Ekonomi Abdul Malik bin Marwan: Fondasi Kekuatan Dunia Islam

Monitorday.com – Abdul Malik bin Marwan dikenal bukan hanya sebagai khalifah yang tegas, tapi juga sebagai arsitek politik dan ekonomi yang berhasil meletakkan dasar-dasar kekuatan dunia Islam. Ketika naik tahta pada tahun 65 H (685 M), kekhalifahan Bani Umayyah berada di ambang kehancuran akibat perang saudara dan disintegrasi wilayah. Namun di bawah kepemimpinannya, kekacauan itu berubah menjadi stabilitas, dan kelemahan berubah menjadi kekuatan yang disegani dunia.

Langkah pertama Abdul Malik adalah menegakkan kembali otoritas pusat pemerintahan. Ia memahami bahwa kekuasaan tidak akan berarti tanpa ketertiban dan loyalitas. Untuk itu, ia memperkuat struktur administratif dan menempatkan gubernur-gubernur yang loyal, berintegritas, dan disiplin di seluruh provinsi. Ia juga membangun sistem komunikasi cepat antarwilayah dengan jaringan kurir berkuda yang menjangkau Damaskus, Irak, Mesir, dan Andalusia. Langkah ini membuat pemerintah pusat mampu mengontrol wilayah yang sangat luas dengan efektif.

Dalam bidang politik, Abdul Malik mengedepankan stabilitas dan persatuan. Ia menumpas pemberontakan yang mengancam keutuhan negara, seperti pemberontakan Abdullah bin Zubair di Mekah. Meski keras terhadap para pemberontak, Abdul Malik tidak haus kekuasaan — tujuannya semata-mata menjaga persatuan umat. Setelah perang saudara berakhir, ia fokus membangun kembali kepercayaan rakyat dengan memperbaiki sistem hukum, administrasi, dan ekonomi negara.

Kebijakan ekonominya menjadi salah satu pencapaian paling monumental dalam sejarah Islam. Sebelum masa Abdul Malik, umat Islam masih bergantung pada sistem moneter Romawi dan Persia, menggunakan mata uang asing dengan simbol dan tulisan non-Islam. Abdul Malik melakukan reformasi besar: ia memperkenalkan Dinar Emas dan Dirham Perak Islam dengan kaligrafi Arab bertuliskan “La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah.” Ini adalah pertama kalinya dunia Islam memiliki mata uang sendiri yang mencerminkan kedaulatan dan identitas politiknya.

Langkah ini bukan hanya simbolik, tapi juga strategis. Dengan mencetak mata uang sendiri, Abdul Malik membebaskan ekonomi Islam dari dominasi kekaisaran Bizantium dan Persia. Ia juga menstandardisasi sistem keuangan dan mengatur pajak secara adil, menghapus pungutan yang memberatkan rakyat, serta memperbaiki distribusi zakat. Sejarawan menyebut reformasi ini sebagai pondasi pertama bagi sistem ekonomi Islam yang mandiri dan berkeadilan.

Selain reformasi moneter, Abdul Malik juga memperkenalkan sistem administrasi keuangan yang rapi. Ia mengubah bahasa resmi administrasi dari Yunani dan Persia menjadi bahasa Arab. Kebijakan ini tidak hanya mempermudah komunikasi antarwilayah, tetapi juga mengangkat martabat bahasa Arab sebagai bahasa resmi dunia Islam. Langkah itu kemudian mendorong perkembangan ilmu, sastra, dan budaya Islam yang pesat di abad-abad berikutnya.

Dalam bidang pembangunan, Abdul Malik menunjukkan visi luar biasa. Ia memprakarsai pembangunan Kubah Batu (Dome of the Rock) di Yerusalem — bukan hanya sebagai simbol religius, tapi juga politik dan budaya. Kubah itu menjadi monumen kemegahan Islam sekaligus penegasan kehadiran Islam di jantung wilayah yang sebelumnya didominasi oleh Bizantium. Di bawah pemerintahannya, proyek infrastruktur dan perluasan kota Damaskus juga berkembang pesat, menjadikan kota itu pusat pemerintahan, ilmu, dan perdagangan internasional.

Abdul Malik juga sangat memperhatikan kesejahteraan rakyat. Ia memperkuat distribusi zakat, memberikan insentif bagi petani, dan memperbaiki sistem irigasi di wilayah Mesir dan Irak. Ia melarang pejabat mengambil keuntungan dari pajak rakyat dan menindak tegas korupsi di kalangan birokrat. Ia berkata, “Sesungguhnya keadilan adalah tiang pemerintahan. Jika engkau menegakkannya, rakyatmu akan mencintaimu, dan musuhmu akan gentar padamu.” Prinsip ini membuat kekhalifahan Umayyah mengalami masa keemasan stabilitas dan kemakmuran ekonomi.

Reformasi politik dan ekonomi Abdul Malik bin Marwan membuahkan hasil luar biasa. Dalam dua dekade kepemimpinannya, dunia Islam menjadi kekuatan global yang disegani. Ia tidak hanya memperluas wilayah, tetapi juga memperkuat sistem yang menjadi fondasi peradaban Islam selama berabad-abad setelahnya.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Abdul Malik wafat pada tahun 86 H (705 M), meninggalkan pemerintahan yang solid, sistem ekonomi yang mandiri, dan bahasa Arab yang menjadi identitas peradaban Islam. Ia adalah contoh pemimpin yang memahami bahwa kekuasaan tanpa sistem hanyalah kekacauan, dan sistem tanpa nilai-nilai keadilan hanyalah tirani.

Dengan kebijakan politik dan ekonominya yang visioner, Abdul Malik bin Marwan telah membangun fondasi yang kokoh bagi kejayaan Islam — fondasi yang membuat dunia Islam bukan hanya bertahan, tetapi berkembang menjadi salah satu peradaban terbesar dalam sejarah manusia.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...