Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Abdul Malik bin Marwan: Arsitek Keemasan Dinasti Umayyah dan Pemimpin Reformis yang Visioner

Monitorday.com – Abdul Malik bin Marwan adalah salah satu khalifah paling berpengaruh dalam sejarah Islam. Di bawah kepemimpinannya, Dinasti Umayyah tidak hanya bertahan dari kekacauan politik, tetapi juga memasuki masa stabilitas dan kemakmuran yang mengantarkannya menuju puncak kejayaan. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas, cerdas, dan visioner — seorang negarawan sejati yang berhasil menyatukan dunia Islam di masa yang penuh gejolak.

Abdul Malik lahir di Madinah pada tahun 26 H (646 M), di masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. Ia tumbuh di kota suci itu di tengah para sahabat dan ulama besar, sehingga dikenal sebagai pribadi yang sangat berilmu dan saleh. Sebelum menjadi khalifah, Abdul Malik dikenal sebagai ahli fikih dan hafiz Al-Qur’an. Namun takdir kemudian membawanya ke dunia politik, di mana kecerdasannya diuji dalam skala yang jauh lebih besar.

Ketika naik tahta pada tahun 65 H (685 M), kondisi dunia Islam sedang kacau. Dinasti Umayyah hampir runtuh akibat perang saudara, pemberontakan politik, dan ancaman dari kelompok Khawarij serta gerakan tandingan di Hijaz dan Irak. Namun, Abdul Malik tampil sebagai pemimpin yang tangguh. Ia segera menata ulang pemerintahan dengan disiplin tinggi, memulihkan otoritas negara, dan menegakkan kembali wibawa khalifah sebagai pemersatu umat.

Salah satu langkah strategis Abdul Malik adalah reformasi administrasi pemerintahan. Ia menggantikan sistem birokrasi yang sebelumnya menggunakan bahasa Yunani dan Persia dengan bahasa Arab. Langkah ini bukan hanya simbol politik, tapi juga revolusi budaya — karena untuk pertama kalinya, seluruh administrasi kekhalifahan Islam menggunakan bahasa umat Islam sendiri. Dari sinilah bahasa Arab berkembang menjadi bahasa ilmu, politik, dan peradaban dunia.

Abdul Malik juga dikenal sebagai khalifah pertama yang menerapkan sistem mata uang Islam murni. Sebelumnya, umat Islam masih menggunakan dinar Romawi dan dirham Persia. Ia mencetak Dinar Emas Islam dengan kalimat La ilaha illallah Muhammadur Rasulullah, dan menghapus simbol asing di dalamnya. Kebijakan ini memperkuat ekonomi Islam dan menegaskan kedaulatan politik dunia Islam di hadapan kekaisaran Bizantium. Sejarawan menyebut langkah ini sebagai tonggak penting berdirinya identitas ekonomi Islam yang mandiri.

Selain di bidang ekonomi dan administrasi, Abdul Malik juga melakukan reformasi militer dan infrastruktur. Ia memperkuat pasukan profesional dan membangun sistem komunikasi antarwilayah yang efisien. Ia juga memprakarsai pembangunan Kubah Batu (Dome of the Rock) di Yerusalem — monumen megah yang hingga kini menjadi salah satu simbol kejayaan Islam awal. Bangunan ini tidak hanya monumental secara arsitektur, tetapi juga menjadi simbol spiritual bagi umat Islam di seluruh dunia.

Meski dikenal tegas, Abdul Malik bukan pemimpin yang kejam. Ia menjalankan pemerintahan dengan prinsip ketertiban dan keadilan. Dalam banyak kesempatan, ia menekankan pentingnya kestabilan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Ia berkata, “Agama tanpa kekuasaan akan lemah, dan kekuasaan tanpa agama akan zalim.” Pandangan ini menunjukkan keseimbangannya antara kekuatan politik dan nilai-nilai spiritual.

Abdul Malik bin Marwan wafat pada tahun 86 H (705 M), setelah memimpin selama dua puluh tahun penuh prestasi. Ia meninggalkan dunia dalam keadaan damai, sementara kekhalifahan Islam berada di puncak kekuatan. Kepemimpinannya menandai awal masa keemasan Dinasti Umayyah, yang kemudian dilanjutkan oleh putranya, Al-Walid bin Abdul Malik, dengan ekspansi besar ke Afrika Utara, Andalusia, dan Asia Tengah.

Warisan Abdul Malik bin Marwan masih terasa hingga hari ini. Ia bukan hanya seorang penguasa yang berhasil menata ulang pemerintahan Islam, tetapi juga seorang reformis yang memadukan stabilitas politik, kekuatan ekonomi, dan kemajuan budaya. Melalui tangannya, Islam tidak hanya menjadi agama yang besar, tetapi juga peradaban yang berdaulat dan berwibawa.

Advertisement. Scroll to continue reading.
Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...