Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Metode Ketat Imam An-Nasa’i dalam Menyeleksi dan Menulis Kitab Sunan-nya

Dari sekian banyak ahli hadis besar dalam sejarah Islam, Imam An-Nasa’i dikenal sebagai ulama dengan standar seleksi hadis paling ketat setelah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim. Ketegasannya dalam menjaga keaslian sanad menjadikan karyanya, Sunan An-Nasa’i, sebagai salah satu kitab hadis paling terpercaya dan dihormati di seluruh dunia Islam.

Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Syu’aib bin Ali bin Sinan An-Nasa’i, lahir di kota Nasa pada tahun 215 Hijriah (830 M). Sejak muda, ia telah menghafal ribuan hadis dan mempelajari ilmu jarh wa ta’dil — ilmu yang membahas kredibilitas para perawi hadis. Dengan kecerdasannya, ia mampu menilai kualitas sanad dan matan (isi hadis) dengan ketepatan luar biasa.

Imam An-Nasa’i menulis dua karya besar dalam hidupnya:

  1. As-Sunan Al-Kubra, kumpulan hadis lengkap yang berisi puluhan ribu riwayat.
  2. Sunan As-Sughra (Al-Mujtaba), versi ringkas yang hanya memuat hadis-hadis paling sahih dan relevan untuk dijadikan dasar hukum.

Dalam menyusun kitabnya, Imam An-Nasa’i menerapkan metode ilmiah yang ketat dan sistematis. Beberapa prinsip penting yang menjadi ciri khas metodenya antara lain:

  1. Pemilihan sanad yang sangat selektif.
    Ia hanya menerima hadis dari perawi yang memiliki reputasi sempurna dalam kejujuran, hafalan, dan akhlak. Jika seorang perawi pernah dikenal lupa atau keliru dalam meriwayatkan hadis, ia langsung menolak riwayatnya. Karena itu, para ulama berkata, “Jika An-Nasa’i meriwayatkan hadis, maka tidak perlu lagi memeriksanya; karena pasti sanadnya sahih.”
  2. Pemisahan antara hadis sahih dan lemah.
    Dalam Sunan Al-Kubra, beliau mencantumkan hadis lemah dengan catatan kritis agar pembaca tahu derajatnya. Namun dalam Sunan As-Sughra (Al-Mujtaba), ia hanya menyertakan hadis sahih atau hasan yang bisa dijadikan hujjah (dalil hukum).
  3. Penyusunan tematik yang rapi.
    Imam An-Nasa’i menyusun kitabnya berdasarkan bab fikih, seperti thaharah (bersuci), shalat, zakat, puasa, haji, pernikahan, hingga hudud. Setiap bab diisi dengan hadis-hadis yang relevan dan tidak berulang, menjadikannya efisien dan mudah dipelajari.
  4. Kritik ilmiah dan objektif.
    Ia tidak segan mengkritik perawi terkenal jika menemukan kelemahan dalam sanadnya. Ketegasannya ini membuatnya dihormati sekaligus disegani oleh banyak ulama sezamannya.
  5. Keseimbangan antara hadis dan fikih.
    Imam An-Nasa’i tidak hanya meriwayatkan hadis, tetapi juga memberikan penjelasan tentang pemahaman para ulama terhadap hadis tersebut. Ia menjelaskan apakah hadis tersebut diamalkan, ditinggalkan, atau menjadi perbedaan pendapat di kalangan fuqaha.

Karena ketatnya standar ilmiah Imam An-Nasa’i, sebagian ulama menilai bahwa kitab Sunan An-Nasa’i lebih kuat dari Sunan Abu Dawud dan At-Tirmidzi dalam hal keaslian sanad. Bahkan, Ibnu Hajar Al-Asqalani menyebutnya sebagai “kitab hadis yang paling sedikit mengandung hadis lemah di antara Kutubus Sittah.”

Selain keilmuannya, Imam An-Nasa’i juga dikenal dengan ketulusan dan keberaniannya. Ia tidak mau menulis hadis hanya demi menyenangkan penguasa, dan tidak takut menyampaikan kebenaran meskipun harus berhadapan dengan bahaya.

Metode Imam An-Nasa’i mengajarkan bahwa menjaga ilmu bukan hanya soal kecerdasan, tapi juga soal amanah dan integritas. Ia menjadikan setiap huruf dalam kitabnya sebagai bentuk ibadah kepada Allah dan penghormatan kepada Rasulullah ﷺ.

Hingga kini, Sunan An-Nasa’i tetap menjadi salah satu sumber hukum Islam paling kuat dan dipercaya. Ketelitiannya menjadi standar emas dalam studi hadis, dan semangat ilmiahnya terus menjadi inspirasi bagi generasi penuntut ilmu di seluruh dunia.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Pentingnya Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-Hari Dalam ajaran Islam, Rukun Iman merupakan dasar keyakinan yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap umat Muslim. Rukun...