Cinta kepada Allah bukan sekadar diucapkan, tapi dibuktikan dengan amal. Seseorang tidak bisa mengaku mencintai Allah jika lisannya berkata cinta namun perilakunya bertentangan dengan perintah-Nya. Al-Qur’an menegaskan, “Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Rasulullah), niscaya Allah mencintaimu.” (QS. Ali Imran: 31). Artinya, mengikuti sunnah Nabi adalah tanda cinta sejati kepada Allah.
Salah satu tanda mahabbah adalah ketundukan tanpa syarat. Orang yang mencintai Allah akan mendahulukan kehendak-Nya di atas hawa nafsu sendiri. Ia lebih senang berada dalam ketaatan daripada kesenangan dunia. Tanda lainnya adalah kerinduan untuk beribadah—ia merasa tenang saat salat, damai saat membaca Al-Qur’an, dan bahagia saat berzikir.
Cinta kepada Allah juga tampak dalam kelembutan hati kepada makhluk. Ia mencintai sesama karena Allah, bukan karena kepentingan pribadi. Semakin kuat cintanya kepada Allah, semakin besar kasihnya kepada manusia. Cinta seperti ini menumbuhkan akhlak mulia, kesabaran, dan ketenangan yang tidak bisa dibeli oleh dunia.


























