Monitorday.com – Gelar Al-Amin yang disematkan kepada Nabi Muhammad SAW tidak datang begitu saja. Ia lahir dari serangkaian sikap mulia dan perilaku konsisten yang ditunjukkan Rasulullah sejak masa mudanya. Gelar ini diberikan oleh masyarakat Quraisy, yang meskipun mayoritas menolak dakwah Islam, tidak pernah meragukan kejujuran Muhammad.
Salah satu kisah yang paling masyhur adalah peristiwa peletakan Hajar Aswad. Saat itu, Ka’bah sedang direnovasi, dan ketika sampai pada tahap mengembalikan Hajar Aswad, suku-suku Quraisy berselisih. Masing-masing ingin mendapat kehormatan meletakkan batu suci itu. Perselisihan memanas hingga hampir terjadi peperangan.
Namun, mereka akhirnya sepakat menyerahkan keputusan kepada orang pertama yang masuk ke Masjidil Haram. Orang itu adalah Muhammad. Dengan penuh kebijaksanaan, beliau membentangkan kain, meletakkan Hajar Aswad di tengahnya, lalu meminta setiap pemimpin suku memegang ujung kain. Mereka mengangkat bersama, dan Muhammad sendiri yang meletakkan batu itu ke tempatnya. Keputusan ini membuat semua pihak puas dan meredakan konflik. Peristiwa itu semakin meneguhkan julukan Al-Amin pada diri Muhammad.
Selain itu, dalam urusan bisnis, Muhammad dikenal sebagai pedagang yang jujur. Ketika membawa dagangan milik Khadijah ke Syam, beliau tidak hanya mendapatkan keuntungan besar, tetapi juga kepercayaan karena tidak pernah curang. Hal ini pula yang membuat Khadijah kagum, hingga akhirnya menikah dengannya.
Kepercayaan masyarakat Quraisy kepada Muhammad terbukti pula ketika beliau berhijrah. Walau para pemuka Quraisy memusuhinya, banyak orang tetap menitipkan barang berharga kepada beliau. Muhammad tetap menjaga amanah itu dan mengembalikannya sebelum berangkat ke Madinah.
Gelar Al-Amin menjadi simbol bahwa kejujuran adalah pondasi utama dalam membangun kepercayaan. Meski risalah Islam menghadapi penentangan, masyarakat Quraisy tidak bisa menyangkal bahwa Muhammad adalah orang yang jujur. Inilah salah satu alasan mengapa Islam bisa menyebar: karena Rasulullah memiliki reputasi yang tidak terbantahkan.
Bagi kita hari ini, kisah Al-Amin mengingatkan pentingnya menjaga integritas. Kepercayaan tidak bisa dibeli, melainkan dibangun melalui konsistensi dalam berkata jujur, menepati janji, dan memegang amanah.

























