Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Sejarah Maulid Nabi: Dari Masa Awal Islam hingga Tradisi Nusantara

Monitorday.com – Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu peringatan yang paling dikenal dalam dunia Islam, khususnya di Indonesia. Peringatan ini jatuh pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah, yang dipercaya sebagai hari kelahiran Rasulullah. Tradisi ini tidak hanya memiliki nilai sejarah, tetapi juga spiritual dan sosial, karena umat Islam memanfaatkannya untuk mempererat silaturahmi, memperdalam kecintaan kepada Nabi, dan memperkuat komitmen menjalankan ajaran Islam. Namun, bagaimana sebenarnya sejarah awal munculnya perayaan Maulid Nabi?

Pada masa Rasulullah SAW hidup, peringatan kelahiran beliau belum dikenal. Para sahabat lebih fokus pada perjuangan dakwah, peperangan, dan penyebaran Islam. Rasulullah sendiri tidak pernah memerintahkan umatnya untuk memperingati hari kelahirannya. Beliau hanya berpuasa setiap hari Senin, dan ketika ditanya alasannya, beliau menjawab bahwa hari Senin adalah hari kelahirannya. Dari sinilah sebagian ulama melihat bahwa memperingati hari kelahiran Nabi dengan cara yang baik dan penuh syukur dapat dibenarkan.

Tradisi Maulid Nabi sebagai acara besar baru muncul beberapa abad setelah wafatnya Rasulullah. Catatan sejarah menyebutkan bahwa perayaan Maulid mulai dikenal pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir sekitar abad ke-10 M. Pemerintah Fatimiyah kala itu merayakan kelahiran tokoh-tokoh penting, termasuk Nabi Muhammad SAW. Namun, bentuk perayaannya lebih bersifat politik untuk memperkuat legitimasi kekuasaan mereka.

Perayaan Maulid Nabi kemudian berkembang di berbagai wilayah dunia Islam dengan nuansa yang berbeda-beda. Salah satu tokoh penting yang sering disebut sebagai pelopor perayaan Maulid dalam bentuk keagamaan adalah Sultan Al-Muzhaffar Abu Sa’id di Irbil (Irak) pada abad ke-12 M. Di masanya, Maulid Nabi dirayakan secara besar-besaran dengan pembacaan syair, pujian kepada Nabi, ceramah agama, serta jamuan makanan untuk masyarakat. Tradisi ini mendapat dukungan ulama terkemuka, termasuk Imam Ibn Dihyah yang menulis kitab khusus tentang keutamaan Maulid.

Seiring waktu, Maulid Nabi menyebar ke berbagai belahan dunia Islam. Di Turki Utsmani, perayaan Maulid dikenal dengan sebutan Mevlid Kandili dan diselenggarakan dengan doa, pembacaan Al-Qur’an, dan lantunan syair. Di India dan Pakistan, Maulid disertai arak-arakan, ceramah, serta pembagian makanan kepada fakir miskin. Di wilayah Afrika Utara, Maulid menjadi momentum penguatan budaya lokal dengan sentuhan Islami.

Di Nusantara, tradisi Maulid Nabi masuk seiring dengan kedatangan Islam pada abad ke-13 hingga 15 M. Para wali dan ulama menyebarkan ajaran Islam melalui pendekatan budaya, termasuk melalui peringatan Maulid Nabi. Tradisi ini kemudian diterima luas karena selaras dengan budaya gotong royong masyarakat. Hingga kini, berbagai daerah di Indonesia memiliki tradisi unik dalam merayakan Maulid.

Di Jawa, perayaan Maulid dikenal dengan Sekaten, yaitu tradisi gamelan dan doa bersama di alun-alun keraton yang menarik ribuan masyarakat. Di Banten, dikenal tradisi Panjat Maulid dengan menumpuk makanan dan hasil bumi sebagai simbol rasa syukur. Di Madura, masyarakat menggelar Molod dengan pembacaan syair Barzanji, pembagian makanan, serta doa bersama. Di Sulawesi Selatan, ada tradisi Maudu Lompoa di Cikoang, Takalar, yang melibatkan ribuan warga membawa perahu mini berisi makanan untuk dipersembahkan sebagai simbol penghormatan kepada Nabi.

Tradisi Maulid di Nusantara tidak hanya berfungsi sebagai penguatan spiritual, tetapi juga sarana mempererat persaudaraan sosial. Peringatan ini sering menjadi momentum berkumpulnya keluarga besar, gotong royong masyarakat, serta sedekah bagi fakir miskin. Dengan demikian, Maulid Nabi di Indonesia memiliki dimensi sosial yang sangat kental.

Meski begitu, peringatan Maulid Nabi tidak lepas dari perdebatan. Sebagian ulama menganggapnya sebagai bid’ah karena tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan sahabat. Mereka berpegang pada prinsip bahwa setiap ibadah baru dalam agama adalah tertolak. Namun, ulama lain seperti Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Ibn Hajar Al-Asqalani, hingga Imam Nawawi berpendapat bahwa Maulid Nabi termasuk bid’ah hasanah, yakni perbuatan baru yang baik karena mengandung nilai syukur, dakwah, dan cinta kepada Rasulullah.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Dalam konteks modern, peringatan Maulid Nabi tetap relevan sebagai sarana memperdalam kecintaan kepada Rasulullah dan memperkokoh identitas keislaman. Perayaan ini bisa dikemas lebih edukatif dengan mengangkat tema-tema penting seperti akhlak Nabi, kepemimpinan beliau, hingga teladan dalam kehidupan sosial. Dengan begitu, Maulid Nabi tidak hanya menjadi acara seremonial, tetapi juga momentum refleksi dan pembelajaran.

Sejarah panjang peringatan Maulid Nabi menunjukkan bahwa umat Islam memiliki cara beragam dalam mengekspresikan kecintaan kepada Rasulullah. Dari Mesir hingga Nusantara, perayaan ini telah bertransformasi menjadi bagian dari budaya umat Islam. Selama perayaan dilakukan dengan niat baik, tanpa melanggar syariat, Maulid Nabi dapat menjadi sarana menumbuhkan rasa syukur, mempererat persaudaraan, serta meneguhkan kembali komitmen menjalani ajaran Islam.

Robby Karman
Written By

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Pentingnya Rukun Iman dalam Kehidupan Sehari-Hari Dalam ajaran Islam, Rukun Iman merupakan dasar keyakinan yang harus dipahami dan diamalkan oleh setiap umat Muslim. Rukun...