Ratu Bilqis bukan hanya tokoh dalam kitab suci, tetapi juga memiliki tempat dalam sejarah dan legenda Yaman kuno. Banyak catatan kuno yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Saba sebagai kerajaan makmur di selatan Jazirah Arab, dengan ibukota di Ma’rib.
Kerajaan Saba dikenal memiliki teknologi irigasi yang maju. Bendungan Ma’rib adalah salah satu pencapaian besar mereka, yang memungkinkan pertanian berkembang pesat di wilayah gurun. Kekayaan alam dan posisi strategis menjadikan Saba pusat perdagangan internasional. Dalam kondisi inilah, legenda tentang Ratu Bilqis lahir.
Beberapa sumber non-Islam, termasuk teks Yahudi dan Kristen, juga menyebutkan tokoh yang mirip dengan Bilqis, yaitu Queen of Sheba. Dalam Perjanjian Lama, Ratu Sheba digambarkan datang menemui Raja Sulaiman untuk menguji kebijaksanaannya dengan berbagai pertanyaan sulit. Meskipun narasinya berbeda, keduanya sama-sama menekankan kebijaksanaan sang ratu.
Para sejarawan modern masih memperdebatkan apakah Bilqis benar-benar tokoh sejarah atau sekadar legenda. Namun, bukti arkeologis tentang kejayaan Kerajaan Saba memperkuat kemungkinan bahwa tokoh Bilqis memang nyata, meskipun detail kisahnya mungkin bercampur dengan mitos.
Dalam budaya Yaman, Ratu Bilqis dianggap sebagai simbol kebanggaan nasional. Banyak situs arkeologi dihubungkan dengan dirinya, termasuk reruntuhan istana di Ma’rib. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruhnya dalam ingatan kolektif masyarakat.
Dengan demikian, Ratu Bilqis adalah sosok yang berdiri di antara sejarah dan legenda, namun tetap dikenang sebagai lambang kebijaksanaan dan kejayaan peradaban Yaman kuno.
