Monitorday.com – Sejarah Baghdad adalah cermin naik-turunnya sebuah peradaban. Didirikan oleh Khalifah Al-Mansur, Baghdad awalnya berfungsi sebagai pusat politik Dinasti Abbasiyah. Dalam waktu singkat, kota ini berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan ilmu pengetahuan dunia.
Pada abad ke-8 hingga ke-13, Baghdad mencapai puncak kejayaannya. Khalifah Harun Al-Rasyid dan putranya, Al-Ma’mun, memajukan kota ini dengan pembangunan infrastruktur, sekolah, dan pusat riset. Bayt al-Hikmah menjadi ikon intelektual yang melahirkan ilmuwan besar seperti Al-Khawarizmi, Al-Farabi, hingga Ibnu Sina.
Namun, kejayaan itu tidak bertahan selamanya. Pada tahun 1258, Baghdad dihancurkan oleh pasukan Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Perpustakaan besar dibakar, ribuan manuskrip berharga hilang, dan ratusan ribu penduduk terbunuh. Peristiwa ini menjadi salah satu tragedi terbesar dalam sejarah Islam.
Meski demikian, Baghdad bangkit kembali pada masa-masa berikutnya, meski tidak pernah mencapai kejayaan seperti era Abbasiyah. Di era modern, kota ini menjadi ibu kota Irak setelah negara tersebut merdeka. Baghdad berkembang sebagai pusat politik dan ekonomi, meski sering dilanda konflik, terutama setelah invasi Amerika Serikat pada tahun 2003.
Kini, Baghdad tetap menjadi kota penting di Timur Tengah. Meski menghadapi tantangan berupa konflik politik dan sosial, kota ini masih menyimpan warisan sejarah yang luar biasa. Masjid-masjid tua, jembatan di atas Sungai Tigris, dan situs peninggalan Abbasiyah menjadi pengingat kejayaan masa lalu.
Sejarah Baghdad mengajarkan bahwa sebuah peradaban bisa mencapai puncak gemilang, namun juga bisa runtuh akibat peperangan dan perpecahan. Kota ini menjadi simbol perjalanan panjang umat manusia dalam membangun, menjaga, dan kehilangan peradaban.
