Monitorday.com – Setiap peristiwa dalam sejarah Islam mengandung hikmah yang dalam. Begitu juga dengan runtuhnya Masjid Dhirar. Meskipun dibangun megah, masjid itu diperintahkan oleh Allah untuk dihancurkan karena tidak berdiri di atas dasar takwa. Peristiwa ini mengajarkan bahwa keikhlasan lebih penting daripada bangunan fisik.
Allah tidak membutuhkan masjid yang didirikan untuk tujuan duniawi. Yang Allah kehendaki adalah hati yang ikhlas dalam beribadah. Masjid Dhirar menjadi bukti nyata bahwa amal tanpa keikhlasan hanya akan mendatangkan murka. Sebaliknya, Masjid Quba yang sederhana dipuji oleh Allah karena dibangun atas dasar iman dan ketakwaan.
Runtuhnya Masjid Dhirar juga menjadi pelajaran bahwa kebenaran pada akhirnya akan mengalahkan kebatilan. Orang-orang munafik berusaha menipu dengan menyamarkan niat jahat mereka, tetapi Allah Maha Mengetahui isi hati. Masjid itu tidak hanya gagal menjadi pusat kekuatan, tetapi juga menjadi simbol kehinaan.
Bagi umat Islam masa kini, hikmah ini sangat relevan. Banyak amal besar yang bisa tampak mengesankan, tetapi tidak bernilai jika dilakukan karena riya atau kepentingan politik. Sebaliknya, amal kecil yang dilakukan dengan ikhlas bisa menjadi sangat mulia di sisi Allah.
Keikhlasan adalah pondasi utama dalam ibadah. Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa Allah hanya menerima amal yang dilakukan dengan ikhlas dan sesuai tuntunan. Oleh karena itu, setiap Muslim harus selalu memurnikan niat sebelum membangun masjid, melakukan dakwah, atau melaksanakan amal sosial.
Runtuhnya Masjid Dhirar adalah pengingat bahwa kekuatan fisik dan kepentingan dunia tidak akan bertahan. Yang abadi adalah keikhlasan, iman, dan takwa. Inilah pesan besar yang seharusnya menjadi bekal bagi setiap Muslim dalam menjalani kehidupan dan beribadah.
