Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Takwa: Tiga Tingkat Ketergantungan Mutlak pada Allah

Memahami konsep takwa dalam Islam melalui tiga tingkatan: dari kesadaran dosa hingga ketergantungan mutlak pada Allah dan cinta-Nya, menjanjikan keutamaan besar.

Monitorday.com – Konsep takwa, atau ketakwaan, dalam Islam memiliki makna yang sangat luas dan kompleks, setara dengan kedalaman makna iman bagi setiap individu. Ketakwaan dipahami memiliki tingkatan yang beragam, memungkinkan setiap Mukmin mempraktikkannya sesuai dengan kapasitas masing-masing.

Pemahaman ini diungkapkan berdasarkan studi tentang ajaran Islam, yang menggarisbawahi adanya tiga tingkatan utama dalam takwa. Tingkatan tertinggi menempatkan individu pada kondisi ketergantungan mutlak hanya kepada Allah, sebuah konsep yang dijelaskan dalam berbagai sumber keislaman, termasuk ringkasan dari buku Minhaj Berislam dari Ritual Hingga Intelektual karya Prof. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi.

Alvin Qodri Lazuardy, salah satu pengkaji konsep ini, menyebutkan bahwa tingkat pertama takwa adalah kesadaran akan keberadaan Allah, api neraka, dan godaan, mendorong upaya untuk menjauhi dosa dan kesalahan, terutama menghindari yang haram. Landasan bagi pemahaman ini juga merujuk pada firman Allah:

“Bertaqwalah kamu kepada Allah sebatas kemampuanmu.” (QS: at-Taghabun [64]: 16).

Tingkat kedua takwa melibatkan ketaatan penuh pada ajaran Nabi Muhammad SAW, di mana individu tidak hanya menjauhi dosa tetapi juga menjalankan kewajiban dan menghindari larangan. Sementara itu, tingkat ketiga dan tertinggi adalah keadaan di mana hati dan jiwa sepenuhnya diisi oleh cinta dan pengabdian kepada Allah, sehingga individu tidak lagi tergantung pada siapa pun selain Allah. Pada level ini, segala tindakan dilakukan semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya, dan seorang Mukmin mengenal dengan baik apa yang disenangi serta dibenci oleh Tuhan.

Keutamaan bagi orang yang mencapai tingkatan takwa ini sangat besar, dengan janji-janji luar biasa dari Allah berupa penyertaan, perlindungan, ilmu, hingga surga dan pahala yang besar, baik di dunia maupun akhirat. Penjelasan ini diringkas dari buku Minhaj Berislam dari Ritual Hingga Intelektual Karya Prof. KH. Hamid Fahmy Zarkasyi, dengan Alvin Qodri Lazuardy sebagai penulis ringkasan.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...