Monitorday.com – Kematian merupakan suatu kepastian yang tak terhindarkan bagi setiap individu, terlepas dari kekuatan atau kecepatan mereka. Fenomena universal ini akan datang kapan pun dan di mana pun, baik dalam kondisi siap maupun tidak, menjadi pengingat abadi akan kefanaan eksistensi manusia.
Menyadari keniscayaan ini, seorang Muslim dituntut untuk mempersiapkan diri secara matang sebelum ajal menjemput. Persiapan tersebut tidak sekadar mengingat, melainkan mengumpulkan bekal terbaik untuk perjalanan panjang menuju akhirat, sebagaimana disampaikan oleh dosen tetap Fakultas Hukum UII, Bagya Agung Prabowo.
Firman Allah Azza wa Jalla dalam Al-Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat 8 menegaskan keniscayaan ini:
“Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka Sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu.”
Dalam konteks persiapan ini, takwa ditegaskan sebagai bekal utama. Allah Azza wa Jalla berfirman dalam QS Al Baqarah ayat 197:
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.“
Menurut Bagya Agung Prabowo, persiapan menghadapi kematian memerlukan setidaknya empat bekal penting. Ini meliputi transendensi, yakni iman kuat kepada Allah; distansi, kemampuan menjaga jarak dari godaan duniawi; kapitalisasi, menjadikan aset sebagai modal akhirat; dan determinasi, semangat serta kesungguhan dalam mengarungi kehidupan. Bahkan Sahabat Abu Hurairah RA, menjelang wafatnya, sempat menangis merenungkan jauhnya perjalanan menuju akhirat dan ketidakpastian nasibnya di hadapan Tuhan, menunjukkan urgensi persiapan spiritual ini.
Melalui pemahaman dan implementasi bekal takwa ini, diharapkan setiap Muslim dapat meraih ridha Allah dan menghadapi kepastian kematian dengan kesiapan yang maksimal.


























