Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Ujian Allah: Dua Wajah Penguji Keimanan Sejati

Setiap iman diuji. Ujian datang dalam kebahagiaan & kesedihan, untuk mengangkat derajat. Sabar dan yakin kunci hadapi, bukti cinta Allah kepada hamba-Nya.

RuangSujud.com – Dalam setiap untaian kisah cinta, ketulusannya takkan sempurna tanpa diuji gelombang rintangan. Begitu pula dengan iman kita; sebuah permata yang cahayanya hanya akan bersinar terang setelah ditempa badai. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman, “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS al-Ankabut [29]: 2-3). Ayat ini menjadi pengingat bagi kita, bahwa perjalanan iman adalah episode demi episode ujian yang harus kita lewati dengan penuh kesadaran dan ketulusan.

Ujian dari Allah, Pencipta alam semesta, datang dalam dua wujud yang seringkali mengecoh. Yang pertama, dan mungkin yang paling sering terlalaikan, adalah ujian kebahagiaan dan kelapangan. Saat rezeki berlimpah ruah, jabatan menanjak, atau jodoh impian datang menyapa, banyak hati justru tergelincir dalam euforia duniawi. Kita lupa bahwa semua nikmat ini adalah karunia dari-Nya, sehingga kesyukuran terganti dengan kesombongan, dan sujud tak lagi menjadi prioritas. Ironisnya, di puncak kebahagiaan, kita bisa melupakan Sang Pemberi kebahagiaan itu sendiri, menganggap keberhasilan semata hasil usaha pribadi.

Sebaliknya, ujian juga hadir dalam balutan kesedihan dan ketakutan. Kehilangan orang tercinta, kegagalan dalam usaha, musibah yang menimpa harta, atau kekecewaan mendalam, seringkali menggoyahkan jiwa. Di titik ini, tak sedikit yang larut dalam keputusasaan, bahkan berprasangka buruk kepada Allah. Padahal, Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berfirman melalui Hadits Qudsi, “Aku, sesuai dengan prasangka hamba-Ku dan Aku bersama dengannya ketika ia ingat kepada-Ku.” (HR Syaikhani dan Tirmidzi). Ini adalah penegasan bahwa sikap hati kitalah yang menentukan bagaimana Allah akan berinteraksi dengan kita; prasangka baik akan mendatangkan kebaikan, sedangkan prasangka buruk hanya akan menjauhkan rahmat-Nya.

Setiap ujian yang Allah kirimkan bukanlah tanpa makna, melainkan sarana untuk mengangkat derajat keimanan kita. Ibarat seorang murid yang harus melewati ujian untuk naik ke jenjang yang lebih tinggi, ujian hidup kita pun dirancang sesuai dengan kapasitas dan kesanggupan kita. Tiada beban yang Allah timpakan melebihi kemampuan hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah [2]: 286). Maka, sungguh keliru jika kita merasa ujian terlalu berat, karena sejatinya, Allah Maha Mengetahui batas kekuatan hati dan pikiran kita, dan Dia hanya ingin kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat dan beriman.

Namun, sifat dasar manusia seringkali rapuh di hadapan ujian. Kala nikmat datang, kita mudah berbangga dan lupa bersyukur. Kala musibah melanda, kita cepat berputus asa dan mengingkari rahmat-Nya, seperti yang digambarkan dalam QS Hud [11]: 9-11. Kunci untuk melewati setiap episode ujian ini adalah *sabar* dan *yakin* sepenuhnya kepada kehendak Allah. Sabar berarti menerima takdir-Nya dengan lapang dada dan terus berusaha, sementara yakin berarti menambatkan seluruh harapan dan kepercayaan hanya kepada-Nya, tanpa sedikitpun keraguan. Kekurangan sabar dan keyakinan seringkali menjadi penyebab utama kegagalan kita dalam menghadapi takdir.

Mari kita jadikan setiap ujian, baik suka maupun duka, sebagai tangga menuju kedekatan yang lebih erat dengan Sang Khaliq. Ingatlah kisah mulia Fatah al-Mausili yang diuji dengan sakit dan lapar, namun justru bersyukur atas nikmat ujian itu sendiri, sebab ia menyadari bahwa ujian adalah tanda cinta Allah kepada para kekasih-Nya. Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya terlantar, bahkan rezeki burung di udara pun Dia jamin. Maka, ujian hidup ini bukan tentang kurangnya rezeki atau pertolongan-Nya, melainkan tentang bagaimana sikap hati kita dalam merespons panggilan-Nya untuk menjadi hamba yang lebih bersabar, bersyukur, dan selalu berprasangka baik. Melalui ujian, kita ditempa, dibersihkan, dan diangkat derajatnya, insya Allah.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...