RuangSujud.com – Di tengah hiruk pikuk kehidupan yang serba cepat dan penuh ujian, sebuah kata seringkali terucap namun tak jarang terlupa hakikatnya: sabar. Apakah kesabaran telah bersemayam kokoh dalam sanubari kita, menjadi kompas penunjuk arah di setiap langkah? Mengapa kita harus bersabar, sudah benarkah kualitas sabar yang kita miliki, dan yang terpenting, untuk tujuan apakah sebenarnya kita bersabar? Pertanyaan-pertanyaan fundamental inilah yang sejatinya menuntun kita pada pencarian makna hidup yang lebih dalam, bersandar pada petunjuk ilahi.
Kajian mendalam seputar sabar memang telah banyak diulas, namun seorang ulama terkemuka, Imam Nawawi, dalam karyanya yang mencerahkan, menyajikan perspektif yang lebih terbuka dan merangkul, khususnya bagi generasi muda Muslim. Melalui buku ini, kita diajak menyelami mengapa banyak di antara umat, baik tua maupun muda, masih kesulitan menghiasi diri dengan sifat sabar. Kuncinya terletak pada pemahaman yang utuh tentang alasan dan hikmah di balik perintah bersabar dalam mengarungi takdir kehidupan.
Imam Nawawi tidak hanya berkutat pada teori, melainkan juga memaparkan fakta sejarah yang menunjukkan bagaimana sabar menjadi pondasi kejayaan umat manusia. Kisah-kisah inspiratif para nabi dan sosok mulia diangkat, seperti ketabahan Nabi Yusuf AS dalam menghadapi ujian berat menuju tangga kesuksesan, dan kesabaran Nabi Ibrahim AS yang di masa mudanya telah berhasil membangun tradisi logika intelektual yang melampaui zamannya. Buku ini bahkan menegaskan bahwa sabar adalah kunci universal; siapa pun, dengan izin Allah, yang berhasil menggenggamnya, baik Muslim maupun non-Muslim, akan meraih keberhasilan dalam cita dan usahanya.
Lebih jauh, buku ini menghantarkan kita pada kontemplasi mendalam akan profil para Nabi yang kehidupannya justru kerap bergelimang kesengsaraan, kepayahan, dan kesulitan. Namun, dengan iman yang kokoh, mereka tetap bersabar menghadapi ujian-ujian yang mengguncang keimanan dan akal pikiran, hingga akhirnya berhasil menunaikan amanah kenabian mereka dengan sempurna. Penggalan ayat Al-Kahfi [18]: 68, “Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?” menjadi renungan, sebagaimana pelajaran dari kisah Nabi Khidir bersama Musa AS yang diangkat kembali dengan penelusuran hikmah yang menakjubkan.
Penulis dengan lugas menegaskan bahwa sabar bukanlah sekadar sikap pasif, melainkan sumber energi tak terbatas yang mengokohkan keimanan, visi, misi, dan perjuangan sepanjang hayat. Salah satu mutiara hikmah yang tersisip dalam buku ini berbunyi, “Sabar itu erat kaitannya dengan ilmu. Orang yang tidak memiliki ilmu dijamin sulit untuk bisa sabar, bahkan mungkin akan sangat tidak sabar. Tanpa kesabaran mustahil kita akan memperoleh kemenangan.” Ini menunjukkan bahwa sabar sejati lahir dari pemahaman yang mendalam, sebuah kebijaksanaan yang membimbing kita melewati setiap badai kehidupan.
Melalui setiap lembarannya, buku ‘Sabar: Membawa Nikmat, Mengangkat Derajat’ karya Imam Nawawi ini bukan sekadar bacaan, melainkan sebuah ajakan spiritual untuk merenung dan bertransformasi. Dengan gaya bahasa yang mengalir dan inspirasi yang menyentuh jiwa, buku ini menjadi panduan berharga bagi siapa saja, khususnya generasi muda, untuk menumbuhkan sabar sebagai pilar utama dalam meraih keberkahan hidup, kemuliaan di sisi Allah, dan kemenangan sejati di dunia maupun akhirat.


























