RuangSujud.com – Di tengah hiruk pikuk kehidupan dunia yang seringkali melalaikan, kita diingatkan tentang sebuah mutiara berharga bernama kesabaran. Lebih dari sekadar menahan diri dari amarah atau kepedihan, para ulama menjelaskan bahwa sabar memiliki tiga dimensi agung: menahan diri dalam ketaatan kepada Allah SWT, menjauhi segala hal yang diharamkan-Nya, dan teguh menghadapi segala musibah atau takdir yang dirasa pahit. Dari ketiga pilar kesabaran ini, para ahli hikmah sepakat bahwa sabar dalam ketaatan adalah yang paling berat sekaligus tertinggi derajatnya, sebab ia menguji kekuatan iman dan kesungguhan jiwa kita.
Sabar dalam ketaatan seringkali terasa begitu menantang karena ia berhadapan langsung dengan kecenderungan nafsu dan godaan duniawi. Mengeluarkan sebagian harta untuk zakat, misalnya, menjadi ujian berat bagi hati yang terlampau mencintai dunia. Kita teringat kisah Qarun, seorang saudagar kaya raya yang enggan menunaikan zakat, meski hanya sebagian kecil dari hartanya. Betapa hati manusia bisa terenggut oleh kekikiran, bahkan untuk sekadar memenuhi perintah Allah yang jelas membawa keberkahan, membuktikan bahwa ketaatan sejati memerlukan kesabaran yang luar biasa.
Demikian pula halnya dengan shalat. Seruan azan yang menggema seringkali menempatkan kita pada persimpangan: menunda aktivitas dunia atau menunda ibadah. Kekhawatiran akan berkurangnya rezeki akibat waktu yang dihabiskan untuk shalat seringkali menghantui. Padahal, Allah SWT Maha Adil dan Maha Pemurah. Dalam firman-Nya di Surah Thaha ayat 132, Allah menegaskan, “Dan perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu.” Sebuah janji yang semakin dikuatkan dalam Surah Ath-Thalaq ayat 2-3, bahwa siapa pun yang bertakwa, niscaya Allah akan memberinya jalan keluar dan rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.
Jika menjalankan ibadah wajib seperti shalat dan zakat saja membutuhkan kesabaran yang besar, apalagi ibadah sunah seperti shalat tahajud, membaca Al-Qur’an setiap hari, berinfak di pagi hari, atau zikir pagi-petang. Semuanya adalah ladang pahala yang luas, namun membutuhkan kesungguhan dan keteguhan hati yang tak putus. Ingatlah, tujuan penciptaan jin dan manusia semata-mata adalah untuk beribadah kepada-Nya, sebagaimana termaktub dalam Surah Adz-Dzariyat ayat 56. Setiap langkah ketaatan adalah bentuk ibadah, dan setiap ibadah adalah jembatan menuju ridha Ilahi.
Menapaki jalan lurus yang diridhai Allah memang tak pernah mudah; ia penuh dengan godaan dan cobaan yang senantiasa menguji keimanan kita. Namun, kunci utama untuk tetap teguh di jalan ini adalah dengan kesabaran, khususnya kesabaran dalam ketaatan. Tiada ketaatan yang sempurna tanpa diiringi kesabaran yang kokoh. Allah SWT sendiri telah memerintahkan kita dalam Surah Ali Imran ayat 200, “Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga dan bertakwalah kepada Allah agar kalian beruntung.”
Ayat yang agung ini, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Hasan Al-Bashri, adalah perintah untuk senantiasa bersabar dalam menjalankan segala perintah Allah, baik dalam suka maupun duka, dalam keadaan lapang maupun sempit, hingga ajal menjemput. Inilah hakikat keberuntungan sejati: kesabaran yang tak pernah pudar dalam mengabdi kepada Sang Pencipta. Semoga kita semua dikaruniai kekuatan untuk senantiasa bersabar dalam ketaatan, agar meraih kebahagiaan abadi di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bish-shawab.


























