RuangSujud.com – Dalam lembaran sejarah Islam yang penuh hikmah, terukir kisah-kisah agung tentang bagaimana kehormatan seorang Muslimah adalah permata yang tak ternilai, yang penjagaannya menjadi prioritas utama. Ia bukan sekadar harta dunia, melainkan cerminan dari martabat seluruh umat, sebuah amanah yang wajib kita junjung tinggi. Sejak masa Rasulullah SAW hingga era kekhalifahan, telah banyak teladan yang menunjukkan betapa berharganya kehormatan itu, menginspirasi para pemimpin dan prajurit untuk bangkit membela walau harus mengorbankan segalanya. Kisah-kisah ini menjadi pengingat abadi akan nilai keadilan dan perlindungan yang dijunjung tinggi dalam Islam.
Kisah pertama datang dari madinah yang bercahaya, di mana seorang Muslimah tak bersalah menjadi korban kejahatan di pasar Bani Qainuqa. Kerudung yang menutupi auratnya dengan sengaja diusik, hingga tersingkaplah apa yang seharusnya tersembunyi. Teriakan pilunya menggema, menyentuh relung hati seorang Muslim yang tak gentar membela kehormatan saudarinya. Kejadian ini, ditambah dengan serangkaian pelanggaran janji dan provokasi, membuat Rasulullah SAW mengambil tindakan tegas. Pengepungan selama lima belas hari akhirnya menundukkan kesombongan Bani Qainuqa, mengajarkan pelajaran berharga tentang konsekuensi melanggar batas-batas Allah dan mengusik kehormatan umat-Nya.
Semangat pembelaan ini berlanjut melintasi zaman. Pada masa Khalifah Al-Mu’tashim Billah dari Dinasti Abbasiyah, seruan seorang Muslimah yang tertawan di Ammuriyah, “Wahai Muhammad, wahai Mu’tashim!”, menjadi pemicu penaklukan kota yang gagah perkasa itu. Khalifah yang mulia itu segera membawa pasukannya, menjawab seruan pilu tersebut dengan tindakan nyata, menyelamatkan sang wanita dan mengembalikan marwah umat. Tak hanya itu, di Andalusia yang gemilang, Al-Hajib Al-Manshur pun menunjukkan ketegasan serupa. Ketika tiga Muslimah ditawan di kerajaan Navarre yang terikat perjanjian, sang sultan tak segan menggerakkan pasukan besar. Perjanjian damai tidak menghalangi pembelaan terhadap kehormatan, sebab ikatan iman dan kemanusiaan jauh lebih tinggi dari sekadar kertas persetujuan.
Namun, betapa pilu hati ini menyaksikan kenyataan hari ini. Di berbagai belahan dunia, para Muslimah kembali menghadapi cobaan berat. Muslimah Palestina dizalimi di tanah suci mereka, Muslimah Suriah menderita di tengah konflik yang tak berkesudahan, Muslimah Afghanistan menghadapi tekanan, dan Muslimah Rohingya diusir dari kampung halaman. Seruan pilu mereka seolah tak menemukan jawaban, dan kita, sebagai umat, kerap merasa tak berdaya, hanya bisa terpaku menatap layar kaca dengan linangan air mata. Di manakah semangat membara yang pernah menggetarkan musuh-musuh Islam, yang dulu hadir membela kehormatan satu Muslimah?
Meratapi keadaan semata takkan mengubah nasib. Sudah saatnya kita bangkit, meninjau kembali akar-akar kekuatan umat yang telah lama meredup, dan berupaya mengembalikan kehormatan peradaban Islam yang kerap diinjak-injak. Harapan itu senantiasa ada, selama kita kembali memenuhi syarat-syarat kejayaan sebagaimana yang Allah SWT firmankan dalam Al-Qur’an: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa…” (QS. An-Nur: 55). Ayat ini adalah mercusuar, menunjukkan bahwa kekuatan sejati terletak pada keimanan yang kokoh dan amal saleh yang konsisten.
Oleh karena itu, tugas kita bukan hanya berangan-angan tentang sistem yang sempurna, melainkan bagaimana kita bersama-sama mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan nyata. Kejayaan bukanlah sesuatu yang instan, melainkan buah dari kerja keras, persiapan sumber daya manusia yang berintegritas, serta upaya tanpa henti untuk menegakkan keadilan di muka bumi. Mari kita mulai dari diri sendiri, dari komunitas terkecil, menyalakan kembali obor keimanan dan kepedulian. Hanya dengan persatuan dan amal nyata, kita berharap dapat mengembalikan martabat umat dan menyelamatkan dunia dari segala bentuk kezaliman. Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, atas segala petunjuk dan rahmat-Nya.


























