Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Kebangkitan Islam: Respon Atas Krisis Peradaban Barat

Kebangkitan Islam di Eropa tunjukkan daya tarik kebenaran di tengah prasangka dan kampanye anti-teror. Kritik pada peradaban Barat, Islam tawarkan solusi pandangan hidup utuh.

RuangSujud.com – Dalam setiap pergulatan zaman, ada hikmah tersembunyi yang Allah SWT bentangkan bagi hamba-Nya yang merenung. Saat dunia Barat diselimuti kekhawatiran terhadap laju perkembangan Islam di Eropa, bahkan sampai memunculkan narasi yang mengaitkan keislaman dengan ancaman, sesungguhnya ini adalah tanda keagungan risalah Islam itu sendiri. Meskipun kampanye global anti-terorisme gencar digulirkan, khususnya pasca peristiwa 11 September 2001, fakta mencatat bahwa banyak penduduk asli Eropa, termasuk di Prancis, memilih memeluk Islam. Fenomena ini bukan sekadar statistik, melainkan sebuah bukti nyata bahwa cahaya kebenaran Islam memiliki daya tarik yang tak terbendung oleh upaya manusia, menembus dinding prasangka dan ketakutan. Ini adalah isyarat bahwa hidayah Allah dapat menyentuh hati siapa saja, kapan saja, dan di mana saja, walau badai fitnah menerpa.

Al-Qur’an mengajarkan kepada kita untuk selalu membedakan antara yang haq dan yang batil, serta mewaspadai narasi-narasi yang bias. Sesungguhnya, upaya untuk membendung kebangkitan Islam melalui kampanye anti-terorisme, yang seringkali dipersepsikan secara selektif dan berstandar ganda, adalah sebuah paradoks yang kian terbuka di hadapan mata dunia. Kasus-kasus ketidakadilan, mulai dari konflik di Palestina dan Irak hingga terkuaknya kebrutalan di penjara Abu Ghraib, memperlihatkan bahwa isu terorisme kerap kali dimanfaatkan sebagai alat politik untuk mempertahankan hegemoni. Sungguh, Allah Maha Melihat segala bentuk tipu daya dan kezaliman, dan kebenaran akan selalu menemukan jalannya untuk terungkap, tak peduli seberapa besar usaha untuk menyembunyikannya.

Kacamata Islam mengajak kita untuk melihat lebih dalam akar permasalahan peradaban. Prof. Syed Naquib al-Attas, seorang cendekiawan Muslim terkemuka, dengan jernih menjelaskan bahwa problem terbesar umat manusia saat ini bersumber dari sistem keilmuan Barat yang telah kehilangan tujuan yang benar. Ilmu yang seharusnya membawa kedamaian dan keadilan, justru banyak menghasilkan kekacauan, skeptisisme, dan bahkan kerusakan di muka bumi. Ketika nilai-nilai absolut direlatifkan, Tuhan dinegasikan, dan manusia dituhankan, maka akan timbul kekacauan yang mendalam, tidak hanya dalam tatanan sosial tetapi juga dalam jiwa manusia. Sebuah peradaban yang besar namun tragis, yang menciptakan kemajuan pesat namun gagal menyelesaikan penyakit sosial dan konflik fundamental.

Kontras dengan itu, Islam menawarkan suatu pandangan hidup yang utuh dan seimbang. Ia adalah agama yang mengajarkan keteraturan, keadilan, dan kasih sayang, dengan menempatkan Allah sebagai pusat segala sesuatu dan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Prinsip-prinsip Islam yang lestari telah terbukti sepanjang sejarah mampu membangun peradaban yang gemilang, yang menghargai ilmu, moralitas, dan kemanusiaan. Maka, kekhawatiran Barat terhadap kebangkitan Islam, seperti yang disampaikan oleh beberapa pemikir, sejatinya bukanlah ketakutan akan kelemahan, melainkan pengakuan tersirat akan kekuatan dan potensi Islam untuk kembali menjadi mercusuar peradaban yang membawa rahmat bagi semesta alam.

Sejarah adalah guru terbaik, dan ia mencatat bagaimana Islam pernah menjadi kekuatan dominan yang memberikan sumbangsih besar bagi dunia, bahkan menantang hegemoni Barat pada masanya. Dari penaklukan Andalusia hingga pengepungan Wina oleh Khalifah Utsmaniyah, sejarah membuktikan bahwa ketika kaum Muslim berpegang teguh pada ajaran agamanya, mereka mampu mencapai kejayaan yang luar biasa. Memori kolektif Barat akan kebangkitan Islam di masa lalu, serta pengakuan terhadap kemunduran peradaban mereka sendiri, wajar jika memunculkan kekhawatiran. Namun, bagi kita, ini adalah pengingat akan janji Allah untuk meninggikan agama-Nya jika kita berjuang di jalan-Nya dengan sungguh-sungguh.

Oleh karena itu, adalah suatu ironi jika ada di antara umat Muslim yang justru tergiur untuk menjiplak secara utuh pandangan hidup Barat, dengan harapan dapat mencapai kemajuan. Padahal, ajaran Islam yang autentik telah menyediakan fondasi yang kokoh untuk kemajuan hakiki, yang selaras dengan fitrah manusia dan tujuan penciptaan. Mari kita kembali merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber utama inspirasi dan petunjuk, serta mengambil pelajaran dari para ulama yang mumpuni seperti Prof. al-Attas, agar kita tidak tersesat dalam gemerlapnya ilusi peradaban materialistik. Sesungguhnya, kejayaan dan keberuntungan sejati hanya akan diraih ketika kita berpegang teguh pada tali Allah, memurnikan tauhid, dan mengamalkan syariat-Nya. Wallahu a’lam bis shawab.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...