Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Meraih Hidayah Ilahi: Ikhtiar Hati Menuju Kebenaran Abadi

Hidayah adalah karunia ilahi yang diraih melalui ikhtiar. Bersihkan hati dari sombong, perbanyak dzikir, dekat dengan Al-Qur’an, dan jalin silaturahmi dengan ulama adalah kuncinya.

RuangSujud.com – Dalam setiap langkah kehidupan, hati manusia senantiasa merindukan petunjuk yang terang, sebuah kompas yang membimbingnya menuju kebenaran abadi. Inilah esensi dari hidayah, karunia agung dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Namun, hidayah bukanlah sekadar anugerah yang datang begitu saja, melainkan hasil dari ikhtiar, sebuah usaha tulus dan sungguh-sungguh dari hamba-Nya. Allah sendiri menegaskan dalam Surat Al-Israa’ ayat 19, bahwa barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha dengan sungguh-sungguh ke arah itu dalam keadaan beriman, maka usaha mereka akan dibalas dengan sebaik-baiknya. Ini adalah janji yang menguatkan, bahwa setiap upaya kebaikan tidak akan pernah sia-sia di hadapan-Nya.

Hidayah, atau tuntunan ilahi, adalah cahaya yang menerangi jalan kehidupan, membedakan antara yang hak dan batil, antara kebaikan dan kemungkaran. Ia adalah pilar utama bagi jiwa yang ingin dekat dengan Penciptanya. Sebagaimana termaktub dalam Surat Az-Zukhruf ayat 27, Allah berfirman bahwa Dia akan memberi hidayah kepada hamba yang menyembah-Nya. Ini menunjukkan bahwa hidayah adalah respons dari Sang Khaliq atas ketulusan hati dan orientasi spiritual seorang mukmin. Lantas, bagaimana kita dapat menempuh ikhtiar terbaik untuk meraih mutiara hidayah ini?

Langkah pertama dalam meraih hidayah adalah dengan membersihkan hati dari sifat sombong atau takabur. Kesombongan adalah hijab tebal yang menghalangi masuknya kebenaran. Kita dianjurkan untuk senantiasa bertutur kata dengan rendah hati, membiasakan ucapan ‘Insyaa Allah’ dalam setiap maksud dan janji. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Surat Luqman ayat 18, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Ditambah lagi, Allah mengingatkan dalam Al-Hujurat ayat 1 agar kita tidak mendahului Allah dan Rasul-Nya, melainkan bertakwa, karena Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Selain itu, menggunakan akal dan pikiran untuk hal-hal yang ma’ruf, adil, dan benar adalah mutlak. Surat Al-Maaidah ayat 100 mengajak kita untuk bertaqwa agar mendapat keberuntungan, dan Surat Ar-Rum ayat 21 menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya bagi kaum yang berfikir, menekankan pentingnya merenung.

Kedua, memperbanyak dzikir adalah kunci pembuka pintu hati. Mengulang-ulang kalimat tauhid, seperti “Laa Ilaaha Illaallaah Muhammadur Rosuulullaah”, adalah bentuk ikhtiar yang tiada henti untuk mengingat keesaan Allah dan risalah Nabi-Nya. Surat Muhammad ayat 19 memerintahkan, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (sesembahan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” Kalimat mulia ini adalah fondasi keimanan yang menguatkan jiwa. Sementara itu, kalimat “Muhammadur Rosuulullaah” mengingatkan kita akan teladan terbaik yang diutus Allah, seperti yang tergambar dalam Surat Al-Fath ayat 29, yang melukiskan keteguhan dan kasih sayang para pengikut Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wasallam.

Selain itu, menjaga kedekatan dengan Al-Qur’an adalah ikhtiar yang tak boleh ditinggalkan. Mengkhatamkan Al-Qur’an, atau setidaknya membacanya secara rutin setiap hari, akan menjadi penerang hati dan pikiran. Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 52, bahwa Al-Qur’an adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia agar mereka diberi peringatan, mengetahui keesaan Tuhan, dan mengambil pelajaran. Ia adalah petunjuk yang tak lekang oleh zaman. Terakhir, menjalin silaturahmi dengan para ulama dan orang-orang saleh merupakan ikhtiar penting. Bergaul dengan mereka akan menginspirasi dan mengarahkan kita kepada kebaikan. Surat An-Nisaa ayat 69 menjanjikan bahwa mereka yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya akan bersama orang-orang yang dianugerahi nikmat, yaitu para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin, merekalah teman sebaik-baiknya. Demikian pula Surat Faathir ayat 28 menegaskan bahwa yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama, orang-orang berilmu yang membimbing dengan hikmah.

Semoga dengan mengamalkan langkah-langkah ikhtiar ini, hati kita senantiasa terbuka lebar untuk menerima setiap tetesan hidayah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Sungguh, Dia adalah sebaik-baik Pemberi Petunjuk bagi hamba-hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Marilah kita terus berjuang di jalan kebaikan, memohon bimbingan-Nya, dan menjadikan setiap amal sebagai bukti cinta kita kepada-Nya, agar hidup kita dipenuhi keberkahan dan akhirat kita dianugerahi kebahagiaan sejati.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...