RuangSujud.com – Pernahkah terbayang, ada sebuah pencurian yang sering luput dari kesadaran kita, namun dampaknya begitu besar bagi jiwa? Bukan harta benda yang hilang, bukan pula barang berharga yang direnggut, melainkan sesuatu yang jauh lebih esensial, yang justru kita curi dari diri sendiri. Rasulullah ﷺ, dengan kearifan beliau yang tak terhingga, pernah mengungkap jenis pencurian yang paling merugi, sebuah teguran sekaligus pengingat yang menyentuh relung hati.
Dalam sebuah riwayat mulia dari Musnad Imam Ahmad, beliau ﷺ bersabda, “Sejahat-jahat pencuri adalah yang mencuri dari shalatnya.” Para sahabat yang mulia, terkejut mendengar pernyataan ini, lantas bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang bisa mencuri dari shalatnya?” Dengan jelas dan penuh hikmah, Rasulullah ﷺ menjawab, “Dia tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujudnya.” Sebuah nasihat sederhana namun memiliki makna yang mendalam.
Hadits ini membuka mata hati kita pada sebuah hakikat yang mendalam. Shalat adalah mi’raj seorang mukmin, jembatan penghubung antara hamba dan Rabb-nya. Setiap gerakan, dari takbir hingga salam, memiliki makna spiritual yang agung. Terutama ruku’ dan sujud, dua rukun yang melambangkan kerendahan hati dan kepasrahan total kita di hadapan Sang Pencipta. Ketika kita tergesa-gesa dalam melaksanakannya, seolah kita mencuri waktu dari Allah, mengurangi hak-Nya, dan pada akhirnya, merampas keberkahan serta pahala untuk diri kita sendiri.
Mari sejenak merenung: berapa seringkah kita mendapati diri terburu-buru dalam shalat? Pikiran melayang kemana-mana, ruku’ dan sujud sekadar formalitas tanpa tuma’ninah, tanpa khusyuk yang tulus. Padahal, setiap detik dalam shalat yang sempurna adalah investasi spiritual yang tak ternilai, sebuah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kekurangsempurnaan dalam ruku’ dan sujud bukan hanya mengurangi nilai shalat, tetapi juga mengikis esensi kehadiran hati kita di hadapan Sang Pencipta.
Untuk menghindari jenis pencurian yang merugikan ini, marilah kita senantiasa berusaha menunaikan shalat dengan sepenuh hati dan anggota badan. Berilah waktu yang cukup untuk setiap gerakan, rasakanlah ketenangan (tuma’ninah) saat ruku’ yang sempurna, dengan punggung lurus dan tangan menggenggam lutut. Pun demikian saat sujud, biarkan dahi, hidung, kedua telapak tangan, lutut, dan ujung-ujung jari kaki menempel sempurna di lantai, dalam ketundukan yang paling rendah. Ingatlah bahwa ini adalah momen paling dekat seorang hamba dengan Tuhannya.
Shalat bukan sekadar ritual, melainkan hadiah istimewa dari Allah untuk menenangkan jiwa, membersihkan dosa, dan menguatkan iman. Dengan menyempurnakan setiap rukunnya, terutama ruku’ dan sujud, kita bukan hanya menjaga kualitas ibadah, tetapi juga membangun benteng spiritual yang kokoh dalam diri, mengundang rahmat dan ampunan-Nya. Semoga kita semua selalu diberikan taufik untuk menjadi hamba-hamba yang menunaikan shalat dengan sebaik-baiknya, menjauhkan diri dari segala bentuk pencurian dalam ibadah, dan meraih kemuliaan di sisi-Nya. Aamiin.


























