Monitorday.com – Halimah As-Sa’diyah berasal dari kabilah Bani Sa’ad, sebuah suku yang hidup di pedalaman jazirah Arab. Ia dikenal sebagai perempuan sederhana, penuh kasih sayang, dan sabar. Kehidupannya berubah drastis setelah menerima amanah untuk menyusui bayi Muhammad SAW, yang saat itu baru lahir sebagai yatim piatu.
Ketika datang ke Makkah bersama rombongan ibu-ibu dari Bani Sa’ad, Halimah awalnya tidak berniat mengambil Muhammad. Sebab, ia tahu bahwa bayi itu yatim, tanpa ayah yang bisa memberikan dukungan materi. Namun, karena tidak ada bayi lain yang bisa ia bawa, Halimah akhirnya menerima Muhammad. Ternyata, keputusan itu menjadi awal dari perubahan besar dalam hidupnya.
Setelah membawa Muhammad kecil ke desanya, kehidupan Halimah dipenuhi keberkahan. Unta yang sebelumnya kurus menjadi gemuk, kambing yang tadinya tidak mengeluarkan susu kini melimpah, dan kehidupannya menjadi lebih lapang. Halimah menyadari bahwa semua ini karena keberadaan bayi istimewa dalam pangkuannya.
Selama berada di Bani Sa’ad, Muhammad kecil tumbuh dalam lingkungan yang bersih, jauh dari hiruk pikuk Makkah. Ia belajar bahasa Arab yang murni, menikmati udara pedesaan, dan terbiasa dengan kehidupan sederhana. Semua itu membentuk karakternya yang kuat, sehat, dan penuh kesabaran.
Halimah merawat Nabi dengan penuh cinta, seolah-olah beliau adalah anaknya sendiri. Ia memberikan perhatian lebih, menjaga kesehatan, dan mendidiknya dengan penuh kelembutan. Keluarga Halimah pun sangat menyayangi Nabi, sehingga hubungan emosional di antara mereka sangat erat.
Pengasuhan Halimah berakhir ketika Muhammad berusia sekitar empat atau lima tahun. Ia dikembalikan kepada ibunya, Aminah. Namun, ikatan batin antara Halimah dan Nabi tidak pernah putus. Bahkan ketika Nabi telah menjadi Rasul, Halimah masih dihormati dengan penuh kasih sayang. Kisah ini menunjukkan betapa pentingnya peran seorang ibu susuan dalam sejarah Islam.
