Ruang Sujud

Tazkiyatun Nafs: Inti Ibadah dan Misi Rasulullah

Monitorday.com – Tujuan inti dari seluruh rangkaian ibadah dalam Islam, baik ibadah fardhu maupun sunnah, adalah tazkiyatun nafs atau pembersihan jiwa. Konsep ini menekankan pencapaian kedekatan dan kecintaan kepada Allah SWT melalui pemurnian hati dan pikiran dari berbagai bentuk kotoran spiritual. Rukun Islam, seperti syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji, secara sistematis dirancang untuk membersihkan individu dari kerusakan akidah, perbuatan keji, hawa nafsu, serta sifat buruk.

Pentingnya tazkiyatun nafs ini merupakan misi utama yang diemban oleh Rasulullah SAW. Beliau dibangkitkan untuk meluruskan pemikiran yang jumud dan membersihkan hati dari kontaminasi lingkungan sosial jahiliyah, dengan mengajarkan kitab, sunnah, dan hikmah, demi membangkitkan umat dari kesesatan menuju kemuliaan adab dan kesucian jiwa.

Syeikh Hasyim Asy’ari, mengutip pandangan sebagian ulama, menegaskan keterkaitan erat antara elemen-elemen fundamental keimanan:

التَوْحِيْدُ يُوْجِبُ الاِيْماَنَ فَمَنْ لاَ اِيْماَنَ لَهُ لاَ تَوْحِيْدَ لَهُ , وَالاِيْماَنُ يُوْجِبُ الشَرِيْعَةَ فَمَنْ لاَ شَرِيْعَةَ لَهُ لاَ اِيْماَنَ لَهُ وَلاَ تَوْحِيْدَ لَهُ الشَرِيْعَةُ يُوْجِبُ الأَدَبَ فَمَنْ لاَ أَدَبَ لَهُ لاَ شَرِيْعَةَ لَهُ وَلاَ اِيْماَنَ لَهُ وَلاَ تَوْحِيْدَ لَه

“Tauhid mewajibkan wujudnya iman. Barangsiapa tidak beriman, maka dia tidak bertauhid, dan iman mewajibkan keterikatan yang kuat untuk menegakkan syariat (al Iltizam bi asy Syari’at), maka barangsiapa yang tidak ada syariat padanya, maka dia tidak memiliki iman dan tidak bertauhid, dan syariat mewajibkan adanya adab, maka barangsiapa yang tidak beradab maka (pada hakekatnya) tiada syariat, tiada iman, dan tiada tauhid padanya.” (Hasyim Asy’ari, adabul ‘Alim wal-Muta’allim, Jombang: Maktabah Turats Islamiy, 1415 H). hal. 11).

Ibadah yang tidak menghasilkan perubahan positif dalam akhlak dan adab dianggap tidak sempurna, menegaskan bahwa itikad dan amal, akidah dan syariah, serta rohani dan jasmani tidak dapat dipisahkan. Bulan Ramadhan, misalnya, adalah periode intensif untuk melatih diri dalam membersihkan kalbu dari niat buruk, dendam, serakah, sombong, iri hati, serta menyucikan harta melalui zakat fitrah sebagai puncak dari proses tazkiyatun nafs. Sepanjang sejarah Islam, banyak individu menunjukkan komitmen luar biasa terhadap penyucian jiwa, seperti kesyahidan Sumayyah yang mempertahankan iman sucinya atau tekad seorang wanita dari suku Ghamidiyah yang meminta ditegakkannya hukum rajam demi membersihkan diri dari dosa.

Signifikansi tazkiyatun nafs ini juga ditegaskan dalam Al-Quran:

“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams (91) : 9-10)

Pemberdayaan struktur rohani melalui tazkiyatun nafs membuka kesadaran dan pencerahan baru, menjadi modal utama untuk mencapai kesuksesan spiritual. Proses ini menekankan bahwa kemurnian hati dan amal saleh lebih penting dari sekadar performa lahiriah. Oleh karena itu, penting untuk senantiasa kembali kepada Allah SWT dalam keadaan suci melalui taubat.

Advertisement. Scroll to continue reading.

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.” (QS. Hud (11):3).

Exit mobile version