Connect with us

Hi, what are you looking for?

Hikmah

Perbedaan Esensial Istighfar dan Taubat dalam Islam

Ulama menjelaskan perbedaan istighfar dan taubat. Istighfar memohon ampunan dosa lalu, taubat menekankan perubahan perilaku dan komitmen hindari dosa mendatang.

Monitorday.com – Perbedaan esensial antara istighfar (memohon ampunan) dan taubat (bertobat) dalam Islam kerap menjadi sorotan dalam kajian fikih dan tafsir. Meskipun sering dianggap memiliki makna serupa, para ulama terkemuka telah menguraikan nuansa yang membedakan keduanya, terutama dalam konteks penanganan dosa masa lalu dan pencegahan kesalahan di masa mendatang.

Kajian ini menyoroti bagaimana istighfar berfokus pada penghapusan dosa-dosa yang telah berlalu, sementara taubat lebih menekankan pada perubahan perilaku dan komitmen untuk tidak mengulangi kesalahan. Beberapa pandangan ulama yang tercatat dalam kitab-kitab klasik memberikan penjelasan mendalam mengenai dikotomi penting ini.

Menurut Ibnu Qayyim dalam karyanya Madariju as-Salikin (1/308), perbedaan mendasar antara keduanya dijelaskan sebagai berikut: “Istighfar jika disebut dalam Al-Qur’an dan hadits secara sendiri maka berarti taubat juga. Akan tetapi jika istighfar dan taubat disebut bersamaan dalam satu kalimat, maka perbedaan antara keduanya bahwa istighfar adalah meminta ampun kepada Allah agar dipelihara dari dosa-dosa yang pernah dilakukannya, sedang taubat adalah kembali kepada Allah agar dijauhi dari kesalahan dan dosa salahan yang akan datang. Jadi dosa itu ada dua, yang pertama adalah dosa yang telah berlalu, maka obatnya adalah istighfar, dan yang kedua adalah dosa yang akan datang, maka obatnya adalah taubat supaya tidak terjebak di dalamnya di kemudian hari.”

Penjelasan serupa juga dijumpai dalam Tafsir Ibnu Katsir, yang menyatakan: “Kemudian mereka diperintahkan untuk beristighfar yang dengannya akan ditutupi seluruh dosa-dosa masa lalu, dan diperintahkan bertaubat agar terhindar dari dosa-dosa yang akan datang.“ Ayat ini mempertegas peran istighfar sebagai penebus dosa lampau dan taubat sebagai perisai dari dosa yang akan datang.

Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri, dalam al-‘Urfu asy-Syadzi Syarh Sunan at-Tirmidzi (1/384), memberikan penekanan pada aspek tindakan dan penyesalan. Ia menjelaskan: “Untuk diketahui bahwa antara Taubat dan Istighfar ada beberapa perbedaaan. Adapun taubat adalah meninggalkan dosa dan berusaha keras untuk meninggalkannya serta merasa menyesal terhadap apa yang sudah dilakukannya. Itu semua tidak ada di dalam istighfar. Atas dasar itu, seseorang bisa memintakan ampun untuk orang dan ini tidak berlaku untuk taubat.“

Sementara itu, al-Mula ‘Ali al-Qari dalam al-Mirqat al-Mafatih Syarah al-Misykat al-Mashabih (5/158) menguraikan aspek lahiriah dan batiniah dari kedua praktik tersebut. Menurutnya: “Al-Istighfar yaitu meminta ampunan, kadang mencakup juga taubat dan kadang tidak mencakupnya. Oleh karena itu dikatakan bahwa istighfar dilakukan secara lisan sedang taubat dilakukan dengan anggota badan. Yaitu meninggalkan maksiat untuk menuju kepada ketaatan, atau meninggalkan sifat lengah (dari Allah) untuk selalu ingat Allah, membuang perasaan jauh (dari Allah) untuk menghadirkan hati (dalam mengingat Allah).“ Penjelasan ini menggarisbawahi istighfar bisa sebatas ucapan, sedangkan taubat melibatkan komitmen hati dan perubahan perilaku menyeluruh.

Robby Karman
Ditulis oleh

Penulis, Peminat Kajian Sosial dan Keagamaan.

Klik untuk berkomentar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel terkait

Hikmah

Era digital membawa kemajuan teknologi yang luar biasa, namun juga membawa tantangan baru bagi umat Islam dalam menjaga dan meningkatkan ketakwaan. Di tengah arus...

Kajian

Metode tafsir maudhu’i, juga dikenal sebagai metode tematik, adalah cara mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran yang memiliki maksud yang sama, membahas topik yang sama, dan menyusunnya...

Hikmah

Surat Al-Muzammil adalah salah satu surat dalam Al-Qur’an yang memiliki keutamaan dan hikmah yang mendalam. Dengan judul yang berarti “Orang yang Berselimut,” surat ini...

Hikmah

Al-Qur’an, sebagai kitab suci umat Islam, tidak hanya relevan dalam konteks sejarahnya, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari yang dinamis dan beragam zaman modern. Ajaran-ajaran...