Ruang Sujud

Islam: Mengangkat Martabat Manusia, Amanah Khalifah Bumi

RuangSujud.com – Dalam samudra kehidupan yang penuh liku, ada sebuah mercusuar cahaya yang tak pernah pudar, menerangi setiap jiwa yang merindukan kebenaran dan kemuliaan. Itulah Islam, agama yang bukan sekadar rangkaian ritual, melainkan sebuah jalan hidup yang mengangkat derajat manusia ke martabat tertinggi. Sebelum cahayanya menyinari, peradaban kerap terseok dalam kegelapan, merendahkan harkat sesama. Namun, dengan risalah Nabi Muhammad SAW, terhamparlah lembaran baru di mana wanita dihormati, kaum lemah dibela, dan setiap insan menemukan kehormatan sejatinya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Sang Pencipta Maha Agung, telah menganugerahkan kepada manusia kedudukan yang istimewa, menjadikannya makhluk paling sempurna di antara ciptaan-Nya. Kita, insan pilihan ini, bukan hanya diberi akal dan hati, tetapi juga dinobatkan dengan gelar mulia: Al-Mukarram. Gelar ini bukan tanpa makna; ia adalah amanah untuk mengelola setiap karunia tubuh dan jiwa sesuai fitrahnya. Dengan lisan, kita bertutur kebaikan; dengan tangan, kita berbuat kebajikan; dengan mata, kita memandang kebenaran, menjadikan setiap gerak-gerik sebagai wujud syukur dan pengabdian.

Maka, terhamparlah di hadapan kita tugas suci sebagai khalifah di muka bumi, sebuah amanah agung yang menuntut kesadaran penuh akan tanggung jawab. Bukankah kita telah mengikrarkan diri dengan dua kalimat syahadat, bersaksi akan keesaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad SAW? Ikrar ini bukan hanya ucapan lisan, melainkan komitmen jiwa untuk memelihara dan mengembangkan dunia ini dengan adil dan bijaksana, bukan merusaknya. Namun, di tengah hiruk pikuk dunia modern, terkadang kita alpa, menjadikan nilai-nilai Islam sebatas hiasan seremonial, kehilangan esensi dari gelar Al-Mukarram yang kita sandang.

Setiap napas dalam hidup ini adalah pilihan, dan di setiap persimpangan jalan, akal kita diuji untuk menentukan arah. Keberkahan hidup terletak pada kebijaksanaan memilih jalan yang diridhai Allah, memimpin kita menuju tujuan hakiki penciptaan. Dengan akal budi yang jernih dan hati yang bertaut pada petunjuk Ilahi, kita mampu membedakan antara yang hak dan batil, antara pembangunan dan kerusakan. Sebab, tanpa arah yang benar, tugas kekhalifahan hanya akan menghasilkan ketidakselarasan, menciptakan guncangan demi guncangan yang mengikis stabilitas dan kedamaian.

Sejak lahir, setiap insan terlahir dalam kesucian fitrah, bersih dari tuntutan kewajiban syariat. Bagaikan lembaran putih, jiwa kita polos tanpa noda. Namun, seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, kita memasuki fase kehidupan di mana tuntutan agama mulai hadir sebagai panduan. Istilah wajib, haram, sunah, dan makruh menjadi rambu-rambu yang menuntun langkah, menyelaraskan fitrah kita dengan kehendak Ilahi. Ini adalah tahapan krusial untuk membentuk pribadi yang utuh, yang memahami bahwa setiap tindakan memiliki nilai dan konsekuensi di hadapan-Nya.

Maka, sungguh jelaslah bahwa untuk mencapai kehidupan yang tertata, damai, dan sejahtera, kita diwajibkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi dari ikrar dua kalimat syahadat secara menyeluruh. Bukan hanya dalam lisan, tetapi meresap hingga ke sanubari dan tercermin dalam setiap amal perbuatan. Marilah kita kembali merenungi makna Al-Mukarram dan amanah khalifah ini, menjadikannya pijakan untuk membangun peradaban yang berlandaskan iman dan takwa, demi meraih keridhaan Allah di dunia dan kebahagiaan abadi di akhirat.

Exit mobile version