Ruang Sujud

Masa Muda Emas: Ilmu, Taqwa, dan Peradaban Islam

RuangSujud.com – Masa muda adalah anugerah terindah, sebuah episode kehidupan yang penuh dengan potensi tak terbatas. Ia laksana permata yang berkilau, memancarkan energi, semangat, dan idealisme. Namun, keindahan ini datang bersama tanggung jawab besar. Imam Syafi’i, seorang ulama besar yang hikmahnya tak lekang oleh zaman, pernah menasihati para pemuda dengan untaian kata yang menusuk jiwa, mengingatkan kita bahwa masa muda adalah ladang amal dan bekal abadi. Nasihat beliau menggema, mengundang kita merenungi betapa berharganya setiap detik yang Allah titipkan di usia belia.

Beliau berpesan agar bersabar menghadapi getirnya proses menuntut ilmu, karena di situlah terletak kemuliaan pengetahuan. Barangsiapa enggan merasakan pahitnya belajar walau sesaat, niscaya akan merasakan getirnya kebodohan sepanjang hayat. Sungguh, masa muda adalah waktu emas untuk menimba ilmu, mengukir prestasi, dan membentuk karakter. Jika waktu ini terbuang sia-sia untuk hal-hal yang melalaikan, apalagi bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama, maka bukan hanya pribadi yang merugi, melainkan masa depan bangsa dan peradaban pun akan terancam suram. Eksistensi seorang pemuda, demi Allah, adalah dengan ilmu dan ketakwaan; tanpanya, jati diri sejati tak akan ditemukan.

Sejarah Islam kaya akan kisah-kisah pemuda yang menjadi pilar peradaban. Al-Qur’an mengabadikan kisah Ashhabul Kahfi, sekelompok pemuda yang kokoh imannya, memilih berpegang teguh pada kebenaran meski harus menghadapi tirani. Allah SWT berfirman, “Mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (QS al-Kahfi [18]: 13). Rasulullah SAW pun menekankan pentingnya memanfaatkan masa muda melalui sabdanya, “Syabaabaka Qabla Haramika” (Masa mudamu sebelum masa tuamu). Kita juga mengenal nama-nama agung seperti Mush’ab bin Umair, Ali bin Abi Thalib, dan para sahabat muda lainnya yang dengan semangat membara menjadi garda terdepan dakwah dan perjuangan Islam.

Dari teladan mereka, tergambar karakteristik pemuda dambaan umat. Pertama, mereka adalah pribadi yang senantiasa menyeru kepada kebenaran (al-haq), lisan dan tindakan mereka menjadi mercusuar petunjuk bagi sesama. Kedua, hati mereka dipenuhi cinta kepada Allah, dan karena itulah Allah pun mencintai mereka, menjadikan mereka hamba-hamba pilihan yang berjuang di jalan-Nya tanpa gentar celaan. Ketiga, mereka adalah kelompok yang saling melindungi, saling mengingatkan dalam kebaikan, serta teguh menjalankan syariat agama, menjadi saudara seiman yang bahu-membahu membangun masyarakat yang diridhai Allah.

Lebih lanjut, pemuda sejati adalah mereka yang memenuhi janji-janji mereka kepada Allah SWT, menepati ikatan suci dalam ketaatan dan kesetiaan. Keempat, mereka tidak ragu sedikit pun untuk berkorban jiwa dan harta demi kemuliaan Islam, sebagaimana firman Allah, “Mereka itulah orang-orang yang benar.” (QS Al-Hujurat [49]: 15). Terakhir, namun tak kalah mulia, mereka adalah pemuda yang tumbuh dewasa dalam ibadah kepada Allah, dengan hati yang senantiasa terpaut pada rumah-rumah Allah, masjid. Rasulullah SAW menyebut mereka di antara tujuh golongan yang akan mendapat naungan-Nya di Hari Kiamat, sebuah kehormatan yang tak terhingga.

Dengan karakteristik mulia ini, para pemuda Muslim telah berkali-kali menjadi motor penggerak perubahan, menyingkirkan kedzaliman dan menegakkan panji keadilan. Maka, mari kita bersama-sama, sebagai umat, memberikan perhatian penuh, bimbingan terbaik, dan kesempatan luas kepada generasi muda kita. Dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yang kokoh, ilmu yang bermanfaat, dan semangat berkorban, insya Allah, mereka akan mampu bangkit kembali menjadi pemimpin peradaban, membawa bangsa ini menuju kejayaan yang hakiki, di bawah ridha dan berkah Allah SWT.

Exit mobile version