Ruang Sujud

Waspada Penampilan Menipu, Mengenali Hati Munafik

RuangSujud.com – Dalam mengarungi samudra kehidupan beragama, kita seringkali dihadapkan pada sosok yang tampak begitu memesona, tutur katanya indah bagai mutiara, dan penampilannya memukau hati. Mereka seolah berbicara atas nama kebenaran, bahkan bersumpah demi Allah tentang kejujuran isi hati mereka. Namun, Islam mengajarkan kita untuk selalu menelisik lebih dalam, sebab tidak semua yang berkilau adalah intan, dan tidak setiap tutur kata manis mencerminkan ketulusan iman. Allah SWT telah mengingatkan kita akan adanya golongan yang pandai bersilat lidah namun hatinya penuh permusuhan terhadap ajaran Islam, sebuah teguran yang termaktub indah dalam firman-Nya di Al-Qur’an.

Keindahan retorika dan daya tarik penampilan seringkali menjadi topeng bagi golongan ini. Al-Qur’an, misalnya dalam Surah Al-Baqarah ayat 204 dan Surah Al-Munafiqun ayat 4, dengan jelas melukiskan ciri-ciri mereka. Bagaimana percakapan mereka tentang urusan dunia dapat membuat kita terkesima, dan secara fisik, postur mereka pun bisa jadi mengagumkan. Namun, dibalik pesona lahiriah tersebut, tersembunyi hati yang membenci kebenaran, menentang syariat Allah, dan berupaya menghalang-halangi tegaknya nilai-nilai Islam di muka bumi. Mereka adalah pribadi yang ahli dalam memutarbalikkan fakta, seolah-olah membela kebaikan padahal sejatinya menyemai kerusakan.

Ketika tirai pesona itu tersingkap, akan tampaklah hakikat permusuhan mereka yang begitu kentara. Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 205-206 mengungkap, bahwa di balik perkataan manisnya, mereka sebenarnya berusaha membuat kerusakan di muka bumi, merusak tatanan hidup, dan bahkan enggan menerima nasihat kebaikan. Ketika diajak untuk bertakwa kepada Allah, kesombongan justru membara dalam jiwa mereka, merasa diri paling benar dan paling mulia, padahal hakikatnya sedang terjerumus dalam lembah dosa. Kekaguman pada harta dan banyaknya pengikut juga termasuk di antara jebakan yang patut diwaspadai, sebagaimana dijelaskan dalam Surah At-Taubah ayat 55 dan 85, karena semua itu bisa jadi hanya tipuan dunia yang justru menjauhkan dari ridha Ilahi.

Waspada adalah kunci. Kita sebagai umat Islam diajak untuk tidak mudah terpedaya oleh kilauan semu, tidak hanya terpukau pada ucapan atau penampilan semata. Kisah-kisah turunnya ayat Al-Qur’an, seperti yang terkait dengan Akhnas bin Syuraiq atau peristiwa orang-orang munafik yang mencaci maki para sahabat, menjadi pelajaran berharga. Allah menegaskan bahwa mereka adalah musuh yang sebenarnya, yang keahliannya dalam berargumentasi dan daya tariknya justru dimanfaatkan untuk memalingkan manusia dari kebenaran, serta merancang keburukan di tengah masyarakat.

Berbeda jauh dengan golongan yang tersesat itu, Al-Qur’an juga memperkenalkan sosok yang menjadi teladan abadi. Dalam Surah Al-Baqarah ayat 207, Allah mengisahkan tentang mereka yang mengorbankan diri mereka semata-mata untuk mencari keridaan Allah. Bukan demi kekaguman manusia, bukan demi harta, apalagi kekuasaan, melainkan hanya mengharap pahala dan cinta-Nya. Kisah Sayyidina Suhaib Ar-Rumi saat berhijrah, yang rela meninggalkan seluruh harta bendanya demi keimanannya, adalah gambaran nyata dari pribadi yang rela menjual dirinya untuk Allah, transaksi yang paling menguntungkan di dunia dan akhirat.

Maka, mari kita senantiasa merenungi hakikat iman, bahwa kebenaran sejati tidak terletak pada kefasihan lisan atau keelokan rupa, melainkan pada ketulusan hati dan keselarasan perbuatan dengan syariat Allah. Hendaknya kita memohon kepada Allah agar dikaruniai kemampuan untuk membedakan antara mutiara dan kaca, antara kebenaran dan tipuan. Semoga kita termasuk golongan yang senantiasa menjaga hati dari nifak, dan selalu berusaha mengorbankan segala yang kita miliki di jalan-Nya, demi meraih ridha Allah semata, Sang Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.

Exit mobile version