RuangSujud.com – Tiada untaian kata yang lebih agung selain firman ilahi, “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingatKu.” (QS. Toha: 14). Ayat mulia ini bukan sekadar perintah, melainkan sebuah undangan agung dari Sang Pencipta kepada hamba-Nya, membuka gerbang spiritual menuju kedekatan yang tiada tara. Shalat, sesungguhnya, adalah jembatan ruhani yang Allah hamparkan, tempat jiwa-jiwa beriman menemukan ketenangan sejati dalam mengingat dan menyebut Asma-Nya yang Maha Agung.
Zikir, baik yang terucap maupun yang tersembunyi di lubuk hati, adalah manifestasi cinta seorang hamba kepada Rabbnya. Bukankah demikian tabiat setiap jiwa yang diliputi asmara? Ia akan senantiasa menyebut nama yang dicintainya, merangkai setiap detik dalam alunan kenangan akan sang kekasih. Begitulah jiwa-jiwa yang beriman, yang telah menambatkan seluruh cintanya hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Dzat yang paling pantas dicintai, disanjung, dan diingat selalu.
Semakin dalam seorang hamba menyelami samudra ilmu tentang keagungan Allah, Asma-Nya yang indah, serta sifat-sifat-Nya yang sempurna, maka semakin kokoh pula keimanannya. Dari sanalah, benih-benih cinta bertumbuh subur menjadi rasa rindu yang mendalam. Seiring dengan kian membesarnya cinta dan keyakinan ini, tak terelakkan, lisan dan hati pun akan semakin giat berzikir, menyebut Asma Sang Kekasih sejati yang menjadi pusat segala kehidupan.
Mahasuci Allah, yang dengan Rahmat-Nya telah memfasilitasi kerinduan hamba-Nya melalui sebuah ritualitas agung bernama shalat. Ia bukan sekadar gerak dan bacaan, melainkan sebuah jembatan langsung yang menghubungkan ruh seorang hamba dengan Tuhannya. Di sanalah, orang-orang beriman merasakan nikmatnya merunduk sujud, merasakan betapa indah dan menenangkan berdekatan dengan Allah, sang Pemilik segala ketenangan, dalam setiap rukun dan sujudnya.
Kisah para Sahabat Rasulullah ﷺ, para Tabi’in, hingga ulama Salafusshalihin menjadi teladan nyata. Mereka tak jarang larut dalam shalat, seolah lupa akan waktu, bukan karena kewajiban semata, melainkan karena merasakan keasyikan dan kelezatan spiritual yang tak terhingga di dalamnya. Sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah ﷺ, “Dan dijadikan bagiku hiasan mata dalam shalat.” Sebuah ungkapan yang menggambarkan betapa shalat adalah penyejuk jiwa, sumber kebahagiaan dan ketenangan utama bagi kekasih Allah.
Maka jelaslah, shalat adalah bukti nyata jalinan erat antara keimanan, ketaatan, dan kecintaan mendalam kepada Allah, yang kesemuanya merupakan amal paling utama di sisi-Nya. Dampaknya pun sungguh indah: barang siapa yang senantiasa mengingat Allah dengan segenap hatinya, niscaya Allah pun akan selalu mengingatnya. Karena sungguh, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakan sedikit pun amalan hamba-Nya yang tulus, bahkan membalasnya dengan limpahan rahmat dan karunia yang tak terhingga.