RuangSujud.com – Di antara pilar-pilar keislaman yang menopang harmoni dalam hidup, silaturahim berdiri kokoh sebagai perintah agung yang sarat makna. Ia bukanlah sekadar anjuran biasa, melainkan sebuah seruan mulia yang pertama kali digaungkan oleh Nabi Muhammad ﷺ sejak awal kenabiannya. Melalui jalinan kasih sayang ini, Allah SWT menjanjikan keberkahan yang tak terhingga: melapangkan rezeki, menghapus dosa, dan mengalirkan rahmat dalam setiap langkah kehidupan seorang hamba.
Silaturahim, berasal dari bahasa Arab ‘sillah ar-rahim’, secara harfiah berarti menyambung tali kasih sayang. Kata ‘sillah’ berarti menyambung yang putus, sementara ‘rahim’ berakar dari ‘rahmah’ yang berarti kasih sayang. Namun, makna sejatinya jauh melampaui sekadar balasan kunjungan atau hadiah. Nabi ﷺ mengajarkan bahwa silaturahim yang sejati adalah ketika seseorang berinisiatif menyambung kembali hubungan dengan mereka yang telah memutuskannya, sebuah bukti kemuliaan hati dan kebesaran jiwa seorang mukmin.
Hati seorang mukmin sejati adalah hati yang hidup, penuh kepekaan, kelembutan, dan limpahan kasih sayang. Dengan hati inilah ia berinteraksi dengan sesama, merasakan derita yang lemah, mengulurkan tangan pada yang membutuhkan, dan menjaga diri dari menyakiti orang lain. Kasih sayang ini tak lain adalah cerminan dari salah satu akhlak ilahiyah, yaitu Ar-Rahman dan Ar-Rahim, Dzat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sebagaimana Rasulullah ﷺ mencontohkan, kasih sayang Allah kepada hamba-Nya jauh melampaui kasih sayang seorang ibu kepada anaknya, sebuah gambaran kelembutan yang tak terhingga.
Rahmat dan kasih sayang seorang mukmin tidak terbatas pada saudara seiman semata, meskipun mereka diutamakan. Ia meluas merangkul seluruh umat manusia, bahkan meliputi seluruh makhluk Allah termasuk hewan. Al-Qur’an menggambarkan Rasulullah ﷺ sebagai sosok yang amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin, dan umatnya sebagai mereka yang keras terhadap kafir namun berkasih sayang sesama mereka. Inilah ciri khas insan beriman: menjadi sumber kebaikan, keberuntungan, dan kedamaian bagi masyarakat serta lingkungannya.
Mengingat betapa agungnya nilai silaturahim, tak heran jika ia menjadi salah satu perkara paling awal yang diserukan oleh Nabi Muhammad ﷺ. Allah SWT sendiri telah menegaskan pentingnya menyambung silaturahim, bahkan menjanjikan akan menyambung orang yang menyambungnya dan memutuskan yang memutuskannya, sebagaimana dikisahkan dalam sebuah hadis qudsi tentang rahim yang berdiri memohon perlindungan. Bagi mereka yang menghadapi kerabat yang justru membalas kebaikan dengan keburukan, Nabi ﷺ mengajarkan kesabaran dan keikhlasan, bahwa Allah akan senantiasa menjadi penolong bagi yang tetap istiqamah menyambung tali persaudaraan.
Maka, marilah kita jadikan silaturahim sebagai amalan yang senantiasa kita pupuk dalam kehidupan. Ia bukan hanya sekadar kewajiban, melainkan jalan menuju keberkahan abadi. Dengan silaturahim, pintu rezeki akan dilapangkan, umur diberkahi, hati menjadi lapang, dan kebahagiaan hakiki akan terwujud. Semoga kita termasuk golongan hamba-hamba Allah yang senantiasa menjaga dan mempererat tali silaturahim, demi meraih ridha-Nya di dunia dan akhirat.