Ruang Sujud

Amanah dan Silaturahim: Kunci Lolos Shirath

RuangSujud.com – Tatkala tirai kehidupan dunia ditutup, setiap jiwa akan berhadapan dengan sebuah jembatan yang terbentang di atas neraka Jahannam, setipis rambut dibelah tujuh, setajam pedang, itulah Shirath. Sebuah penentu nasib akhir yang mendebarkan, yang tak seorang pun mampu melaluinya kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Namun, di antara segala amal saleh yang kita kumpulkan, ada dua pilar kebaikan yang disebut secara khusus akan “berdiri” teguh di sisi Shirath, membimbing atau menjadi saksi. Keduanya adalah amanah dan silaturahim, bukti nyata keagungan mereka di hadapan Sang Maha Pencipta.

Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam, dalam riwayat Hudzaifah r.a., menggambarkan pemandangan yang menakjubkan ini: “Lalu, mereka mendatangi Muhammad Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam, lantas ia pun berdiri. Maka diizinkanlah untuknya, dan diutuslah amanah serta silaturahim, lalu keduanya berdiri di kedua tepi shirath, kanan dan kiri. Maka yang pertama di antara kalian melewatinya seperti kilat.” Hadis ini bukanlah sekadar narasi biasa, melainkan pengingat akan posisi istimewa amanah dan silaturahim. Mereka bukanlah sekadar konsep abstrak, melainkan entitas yang Allah utus, seolah-olah menjadi duta keadilan-Nya di hari perhitungan, siap membantu hamba yang setia dan mempersulit hamba yang lalai.

Kehadiran amanah dan silaturahim di tepi Shirath mengisyaratkan bahwa keduanya akan tampil di hadapan setiap jiwa yang melintas. Mereka akan menjadi pembela bagi mereka yang telah menunaikan hak-haknya, sekaligus menjadi saksi atas kelalaian orang-orang yang mengkhianati amanah atau memutuskan tali silaturahim. Begitu agungnya silaturahim, hingga Rasulullah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam juga bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan silaturahim.” Sebuah peringatan keras yang menggugah, bahwa menjaga hubungan baik dengan sesama, terutama kerabat, adalah kunci menuju Jannah.

Terlebih lagi, perihal amanah memiliki bobot yang teramat berat. Ibnu Mas’ud r.a. pernah berkata, “Berperang di jalan Allah dapat menghapus seluruh dosa, kecuali amanah.” Beliau melanjutkan dengan kisah seorang hamba yang telah berjihad namun tetap dipertanggungjawabkan atas amanahnya. Kisah ini menggambarkan betapa amanah, sekalipun telah bertahun-tahun berlalu dan dianggap terlupakan di dunia, akan menjelma di hari Kiamat, menuntut haknya. Hamba tersebut akan berusaha keras mengambil kembali amanahnya dari neraka Hawiyah, namun setiap kali hampir berhasil, amanah itu tergelincir lagi, menyisakan penyesalan abadi.

Sesungguhnya, amanah itu merangkum begitu banyak aspek kehidupan kita. Shalat adalah amanah, wudhu adalah amanah, menjaga timbangan dan takaran dalam berdagang adalah amanah. Bahkan, barang-barang titipan yang dipercayakan kepada kita adalah amanah yang paling berat. Allah SWT sendiri menegaskan dalam firman-Nya, “Sesungguhnya, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya, Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya, Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58).

Maka, renungkanlah. Di tengah kesibukan dunia, seringkali kita lalai akan amanah yang diemban, baik dalam ibadah, menjaga keluarga, melaksanakan pekerjaan, maupun menaati pemimpin. Kita lupa bahwa setiap tindakan adalah pertanggungjawaban. Marilah kita kembali menguatkan komitmen untuk menjadi hamba yang amanah dan penyambung silaturahim. Semoga dengan kesungguhan ini, amanah dan silaturahim kelak menjadi penolong kita, membimbing langkah di atas Shirath, menuju surga yang penuh kenikmatan abadi, atas rahmat dan ridha Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Exit mobile version