Ruang Sujud

Nabi Muhammad ﷺ: Teladan Ayah Penuh Cinta

RuangSujud.com – Sosok Rasulullah ﷺ adalah teladan paripurna bagi umat manusia dalam setiap sendi kehidupan. Namun, di antara myriadnya kemuliaan, peran beliau sebagai seorang ayah seringkali menjadi permata yang luput dari pandangan, padahal di dalamnya terkandung mutiara hikmah yang tak terhingga. Dari beliaulah kita dapat menimba ilmu tentang bagaimana menunaikan amanah sebagai orang tua, baik bagi anak kandung maupun anak angkat, dengan penuh cinta, kebijaksanaan, dan bimbingan agama yang kokoh. Marilah kita selami lebih dalam jejak langkah kenabian dalam mendidik dan mengasihi buah hatinya.

Sebagai ayah kandung, Baginda Nabi ﷺ menunjukkan kepedulian yang luar biasa, terutama kepada para putrinya. Beliau tak hanya mencurahkan kasih sayang, namun juga memastikan masa depan mereka dipenuhi berkah, seperti memilihkan pasangan hidup yang saleh nan bertakwa. Pernikahan Zainab dengan Ash bin Rabi’, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan, serta Fathimah dengan Ali bin Abi Thalib, adalah bukti nyata kepedulian beliau dalam mencari yang terbaik bagi anak-anaknya. Lebih dari itu, beliau adalah sosok ayah yang bijak, selalu mengajak musyawarah dalam setiap keputusan penting yang menyangkut putri-putrinya, jauh dari sikap otoriter yang memaksakan kehendak.

Selain perhatian terhadap pernikahan, Rasulullah ﷺ juga menggembleng anak-anaknya dengan pendidikan agama yang istimewa sejak dini hingga dewasa. Beliau mendidik mereka dengan akhlak mulia, menanamkan nilai-nilai tanggung jawab, disiplin beribadah seperti mengingatkan shalat malam, serta menumbuhkan kepedulian sosial yang tinggi melalui anjuran sedekah. Beliau juga senantiasa menyambung tali silaturahim dengan anak-anaknya, seringkali disertai pemberian hadiah sebagai wujud kasih sayang yang tulus, sehingga jalinan cinta dan kedekatan senantiasa terjaga.

Dalam masalah rumah tangga anak-anaknya, Nabi Muhammad ﷺ menunjukkan kebijaksanaan yang luar biasa. Beliau tidak serta-merta mencampuri urusan pribadi mereka, memberikan kesempatan bagi anak dan menantunya untuk belajar menyelesaikan masalah sendiri. Namun, manakala diperlukan, beliau akan turun tangan dengan penuh hikmah dan menjaga perasaan semua pihak, seperti saat beliau mendamaikan potensi perselisihan antara Ali dan Fatimah. Kasih sayang beliau pun begitu ekspresif; setiap kali putrinya berkunjung, wajah beliau akan memancar kebahagiaan, menyambutnya dengan hangat, seolah tiada kebahagiaan yang lebih besar dari kehadiran mereka.

Tak hanya kepada anak kandung, Rasulullah ﷺ juga melimpahkan kasih sayang mendalam kepada anak angkatnya, Zaid bin Haritsah. Zaid, yang dulunya seorang budak, dibebaskan dan diangkat sebagai putra, bahkan sempat dikenal dengan sebutan Zaid bin Muhammad saking eratnya ikatan batin mereka. Cinta Rasulullah ﷺ kepada Zaid begitu besar, mengalirkan bimbingan langsung dalam hal agama, hingga menjadikan Zaid pemuda beriman yang taat dan salah satu sahabat pertama yang memeluk Islam dari kalangan Maula. Beliau pula yang mencarikan jodoh bagi Zaid, menunjukkan tanggung jawab ayah yang utuh.

Kisah Zaid dan Zainab, yang berujung pada turunnya ayat-ayat Al-Qur’an tentang pembatalan praktik adopsi ala jahiliyah, menjadi pengingat penting bagi kita semua. Rasulullah ﷺ, sebagai teladan ketaatan, segera tunduk pada titah Ilahi, meskipun hal itu menyangkut hubungan personal. Dari kehidupan beliau sebagai ayah, kita memetik tiga hikmah utama: pertama, seorang ayah harus peduli dan mencurahkan kasih sayang; kedua, cinta kepada anak tak boleh melanggar prinsip agama; dan ketiga, mendidik anak dengan pendidikan agama yang kokoh adalah pondasi terbaik menjaga akhlak dan moralitas. Sungguh, figur ayah dalam diri Nabi Muhammad ﷺ adalah cahaya yang menerangi jalan setiap muslim.

Exit mobile version