Tidak ada teladan kesabaran yang lebih agung daripada para nabi. Mereka adalah manusia pilihan yang menghadapi ujian luar biasa, namun tetap kokoh dalam keimanan. Nabi Ayyub AS misalnya, diuji dengan kehilangan harta, keluarga, dan kesehatan. Tapi ia tetap berdoa, “Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Al-Anbiya: 83). Doanya lembut, penuh pasrah, tanpa keluhan.
Begitu pula Nabi Yusuf AS, yang dijebloskan ke sumur, dijual sebagai budak, lalu dipenjara tanpa kesalahan. Namun ia tetap memaafkan saudara-saudaranya ketika akhirnya menjadi raja. Kesabarannya membuahkan kemuliaan, karena ia tidak membalas kejahatan dengan dendam.
Nabi Muhammad ﷺ pun menghadapi caci maki, penolakan, dan pengkhianatan, tapi tetap sabar dan penuh kasih. Beliau tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan. Justru karena kesabarannya, Islam menyebar dengan damai dan cinta. Dari kisah para nabi, kita belajar bahwa sabar bukan hanya menunggu waktu, tapi menumbuhkan kekuatan iman dalam setiap cobaan.