Ruang Sujud

Pembangunan Megah di Masa Al-Walid bin Abdul Malik: Dari Masjid Nabawi hingga Masjid Umayyah Damaskus

Monitorday.com – Masa pemerintahan Al-Walid bin Abdul Malik (86–96 H / 705–715 M) dikenal sebagai era kemakmuran dan pembangunan besar dalam sejarah Islam. Ia bukan hanya seorang khalifah yang memperluas wilayah kekuasaan, tetapi juga arsitek peradaban yang memperindah dunia Islam dengan proyek-proyek monumental. Di bawah kepemimpinannya, kota-kota besar seperti Damaskus, Madinah, dan Kairo berkembang pesat menjadi pusat agama, ilmu, dan kebudayaan yang menakjubkan.

Salah satu proyek paling terkenal di masa Al-Walid adalah perluasan Masjid Nabawi di Madinah. Ia memerintahkan renovasi besar terhadap masjid yang dibangun Rasulullah ﷺ itu, menjadikannya bangunan megah dengan gaya arsitektur yang menakjubkan untuk zamannya. Ia memperluas areanya, menambahkan kubah dan menara, serta menghiasi dindingnya dengan marmer dan mozaik. Untuk menunjukkan cintanya kepada Nabi ﷺ, Al-Walid memastikan bahwa proyek itu dilakukan dengan penuh penghormatan terhadap makam Rasulullah dan para sahabat Abu Bakar dan Umar yang berada di dalamnya. Renovasi ini menjadi tonggak penting dalam sejarah perkembangan arsitektur Islam di kota suci.

Selain di Madinah, Al-Walid juga membangun Masjid Umayyah di Damaskus, yang hingga kini masih berdiri sebagai salah satu masjid paling indah di dunia. Pembangunannya dimulai sekitar tahun 88 H (707 M) di atas bekas lokasi gereja Bizantium, dengan perjanjian damai bersama penduduk Kristen setempat. Masjid ini tidak hanya menjadi pusat ibadah, tetapi juga simbol kejayaan dan kemegahan Islam. Kubah besar, menara tinggi, serta dinding-dinding berhias mozaik emas dan batu mulia menjadikannya karya arsitektur luar biasa yang menggabungkan seni Bizantium dan gaya Islam awal.

Pembangunan Masjid Umayyah menandai lahirnya arsitektur Islam klasik yang memadukan keindahan, fungsi, dan spiritualitas. Al-Walid mengundang arsitek dan pengrajin terbaik dari Mesir, Persia, hingga Bizantium untuk bekerja di proyek ini. Hasilnya bukan sekadar bangunan, tetapi mahakarya yang merefleksikan kemegahan Islam sebagai peradaban yang unggul dan beradab.

Di luar dua masjid agung itu, Al-Walid juga memprakarsai pembangunan fasilitas publik yang menunjukkan perhatian besarnya pada kesejahteraan rakyat. Ia membangun rumah sakit umum pertama dalam sejarah Islam di Damaskus, lengkap dengan tenaga medis dan perawatan gratis bagi orang miskin. Ia juga mendirikan panti sosial untuk orang tua dan penyandang disabilitas — langkah yang sangat maju untuk ukuran abad ke-8.

Al-Walid juga memperluas infrastruktur transportasi dan perdagangan. Ia membangun jalan raya yang menghubungkan wilayah Syam dengan Hijaz, memperbaiki jalur kafilah ke Makkah dan Madinah, serta memperkuat jembatan dan saluran irigasi di Irak dan Mesir. Semua proyek ini menjadikan dunia Islam tidak hanya lebih indah, tetapi juga lebih efisien dan sejahtera.

Dalam pandangan Al-Walid, pembangunan fisik adalah bagian dari ibadah dan tanggung jawab khalifah kepada umat. Ia sering berkata, “Sesungguhnya Allah menyukai keindahan, maka perindahlah dunia ini dengan kebaikan dan kemakmuran.” Karena itu, proyek-proyeknya bukan sekadar untuk menunjukkan kekuasaan, tetapi untuk memperindah negeri-negeri Islam agar menjadi tempat tinggal yang nyaman bagi umat dan sarana memperkuat iman.

Kemakmuran pada masa Al-Walid juga membuat pembangunan dapat dilakukan tanpa menekan rakyat. Pendapatan negara yang melimpah dari perdagangan dan ekspansi wilayah digunakan untuk kepentingan umum, bukan untuk kemewahan istana. Ia memastikan zakat dan pajak dikelola dengan jujur, sehingga tak ada rakyat yang terbebani.

Hasilnya, masa Al-Walid dikenal sebagai puncak kejayaan Dinasti Umayyah. Dunia Islam menjadi pusat peradaban global — unggul dalam seni, ilmu, dan tata kota. Damaskus bersinar sebagai ibu kota yang menandingi Konstantinopel dan Roma, sementara Madinah dan Makkah tetap menjadi jantung spiritual umat Islam.

Advertisement. Scroll to continue reading.

Al-Walid wafat pada tahun 96 H (715 M), namun warisannya hidup abadi. Masjid Nabawi dan Masjid Umayyah menjadi dua bukti nyata dari visi besar seorang pemimpin yang memadukan iman dengan karya. Ia bukan hanya khalifah penakluk, tetapi juga pembangun peradaban — seorang pemimpin yang memahami bahwa keagungan Islam harus tampak dalam keindahan, kemajuan, dan kasih terhadap umatnya.

Exit mobile version