Di antara karya-karya besar Imam An-Nawawi, Riyadhus Shalihin adalah yang paling populer dan dicintai umat Islam di seluruh dunia. Kitab ini bukan hanya sekadar kumpulan hadis, tetapi juga panduan hidup yang menuntun manusia untuk menjadi pribadi saleh, berakhlak, dan dekat dengan Allah. Hingga kini, Riyadhus Shalihin dibaca di masjid, pesantren, dan rumah-rumah kaum muslimin di berbagai belahan dunia — bukti bahwa karya ini melampaui zaman dan batas geografis.
Imam An-Nawawi menyusun Riyadhus Shalihin dengan tujuan agar umat Islam dapat memahami nilai-nilai Islam secara praktis dan menyeluruh. Ia mengumpulkan lebih dari 1.800 hadis yang berasal dari Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim, dan kitab-kitab hadis lainnya. Setiap hadis ditempatkan di bawah bab yang relevan, seperti tentang ikhlas, sabar, taubat, adab, persaudaraan, hingga amar ma’ruf nahi munkar. Struktur ini membuat pembaca mudah memahami dan mengamalkan kandungan hadis dalam kehidupan sehari-hari.
Keistimewaan Riyadhus Shalihin terletak pada keseimbangan antara dimensi spiritual dan sosial. Imam An-Nawawi tidak hanya membahas ibadah yang bersifat ritual, tetapi juga akhlak dan hubungan antarmanusia. Ia ingin menunjukkan bahwa kesalehan sejati tidak hanya terlihat dari banyaknya ibadah, melainkan juga dari perilaku mulia dalam bermasyarakat. Itulah sebabnya, banyak ulama menyebut kitab ini sebagai “taman bagi orang-orang saleh,” tempat di mana hati disirami keimanan dan akal disinari hikmah.
Bahasa Riyadhus Shalihin sederhana namun menyentuh. Imam An-Nawawi menulisnya dengan hati yang penuh keikhlasan. Ia tidak berusaha menunjukkan kepintaran atau memperumit penjelasan. Justru kesederhanaan bahasanya itulah yang membuat kitab ini abadi dan mudah diterima oleh semua kalangan — dari ulama hingga orang awam, dari pelajar hingga pengajar.
Kitab ini juga menjadi penghubung antara ilmu dan amal. Setiap hadis di dalamnya mendorong pembaca untuk bertindak, bukan sekadar mengetahui. Misalnya, ketika membahas bab tentang keikhlasan, Imam An-Nawawi memulai dengan ayat Al-Qur’an dan hadis-hadis yang mengingatkan pentingnya beramal semata karena Allah. Dengan cara ini, pembaca tidak hanya memahami konsep ikhlas, tetapi juga terdorong untuk mempraktikkannya dalam kehidupan nyata.
Hingga hari ini, Riyadhus Shalihin tetap menjadi karya yang tak tergantikan. Di berbagai pesantren dan majelis ilmu, kitab ini dibaca setiap minggu sebagai bahan renungan dan nasihat. Banyak orang yang menemukan ketenangan dan arah hidup dari nasihat-nasihat di dalamnya. Melalui Riyadhus Shalihin, Imam An-Nawawi telah menanamkan pesan bahwa kesalehan bukanlah tujuan akhir, melainkan jalan panjang menuju cinta Allah.